RADARPEKALONGAN.ID – MIA Laksmi Rufaidah (52) seorang ibu rumah tangga asal Pekalongan Sabtu 20 September 2025 lalu berangkat bersama suami ke Edutorium UMS dalam acara wisuda anak pertamanya Elfa Shabrina Hudallaila (23).
Selain itu ikut juga anak kedua Ghina Falsafatuna Kamila (15) yang baru kelas X di sebuah SMA swasta di Kota Pekalongan dan satu lagi teman dari anak pertama, Salsa Latifa Hafidh (22).
Pukul 08.00 proses acara wisuda dimulai. Mulai acara sambutan, pengumuman wisudawan cum laude dan dilanjutkan dengan pemanggilan satu per satu wisudawan untuk maju menuju rektor dan diberi ijazah kelulusan.
Baca Juga:Wali Kota Ajak Warga Lestarikan Tradisi & Cinta Tanah Air di Pawai Pajang Jimat Kanzus Sholawat!DPRD Tinjau Pembangunan RSUD Kraton Tahap II, Desak Pengawasan Ketat Mutu Bangunan!
Di tengah-tengah prosesi wisuda, Mia merenung. Mengingat-ingat proses perjalanan sekolah sampai kuliah anak pertamanya. Pada Januari 2018 waktu memilih sekolah, Elfa ingin melanjutkan ke SMA di Solo. Padahal SMP-nya di Pekalongan.
Pilihannya jatuh pada SMA Al Abidin atau lebih dikenal dengan SMA Al Abidin Bilingual Boarding School (ABBS). Karena itu sekolah swasta, biaya masuknya lumayan mahal.
Mia bersama keluarga survei ke sekolah tersebut untuk memastikan apakah mahalnya biaya berbanding lurus dengan kualitas yang diberikan kepada siswa.
Dari penjelasan panitia penerimaan siswa baru bisa tergambar bahwa sistem sekolah untuk yang dari luar kota memakai boarding. Siswa ditampung dalam asrama dengan dikawal oleh seorang musyrifah (pembimbing asrama).
Sementara bahasa pengantar untuk setiap mata pelajaran menggunakan Bahasa Inggris, kecuali Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia. Sehingga siswa terbiasa dengan bahasa Inggris yang langsung digunakan sebagai bahasa pengantar.
Ada 3 kelas peminatan yaitu tahfidz class program, Cambridge Class Program dan Information Communication Technology. Elfa memilih kelas tahfidz.
Melihat keseriusan sekolah dalam mendidik siswa, Mia percaya bahwa ABBS akan memberikan pelajaran terbaik untuk anaknya. Namun ketika melihat biaya pertama yang harus dibayar, Mia cukup terhenyak.
Baca Juga:Lapas Pekalongan Lantik Dua Pejabat Struktural Baru, Perkuat Integritas & Kinerja Pengamanan!HUT KA Nasional, Siswa SD Muhammadiyah 1 Pekajangan Apresiasi Para Pahlawan Jalur Rel!
Tidak kurang dari Rp 15 juta harus dibayarkan cash untuk mendaftar dan menjadi siswa SMA ABBS. Dari mana uangnya? Uang sebesar itu belum ada di tangan ataupun tabungan.
Teringat dia memiliki simpanan emas. Hanya itu kekayaan yang tersisa. Ketika itu dijual artinya tidak memiliki tabungan apa-apa lagi. Tapi karena ingin menyekolahkan anak, Mia rela untuk menggadaikan emas tersebut.