Inovasi! SMK Mudikal Pekalongan Ubah Sampah Plastik Jadi BBM dengan Mesin Pirolisis Pemenang Krenova

    Inovasi! SMK Mudikal Pekalongan Ubah Sampah Plastik Jadi BBM dengan Mesin Pirolisis Pemenang Krenova
MALEKHA INOVASI - SMK Muhammadiyah Kota Pekalongan (Mudikal) untuk berinovasi mengembangkan mesin pirolisis yang mampu mengubah sampah plastik menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM).
0 Komentar

RADARPEKALONGAN.ID, KOTA PEKALONGAN – Masalah sampah plastik yang kian menumpuk di Kota Pekalongan mendorong SMK Muhammadiyah Kota Pekalongan (Mudikal) untuk berinovasi.

Sekolah kejuruan ini berhasil mengembangkan mesin pirolisis yang secara efektif mampu mengubah sampah plastik menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM), mencakup solar, minyak tanah, dan premium. Inovasi ini bahkan sukses meraih Juara 1 dalam Lomba Kreativitas dan Inovasi (Krenova) Kota Pekalongan pada tahun 2024.

Kepala SMK Muhammadiyah Kota Pekalongan, Khusnawan, menjelaskan bahwa pengembangan alat pirolisis ini adalah wujud kontribusi nyata sekolah dalam menangani permasalahan sampah anorganik.

Baca Juga:95 Pesilat 4 Daerah Ramaikan Kompetisi Mini Pencak Silat, Jadi Pemanasan Jelang BK Porprov!FKIP Unikal Lepas 122 Calon Wisudawan, Diimbau Terus Berprestasi & Menginspirasi!

“Ini bentuk inovasi kami dalam upaya pengurangan sampah anorganik khususnya sampah plastik,” ujarnya saat mendemonstrasikan alat tersebut pada Jumat sore (12/9/2025).

Ide untuk menciptakan alat pirolisis ini berawal dari penelitian dan pengembangan sejak tahun 2018. Semula berupa prototipe kecil, kini alat tersebut telah dikembangkan menjadi wadah besar yang menyerupai dandang, sehingga kapasitas pengolahannya lebih besar dan efisien.

Guru SMK Mudikal sekaligus penggagas ide pirolisis, Agus Riyadi, menjelaskan cara kerja alat ini secara terperinci. Sampah plastik, terutama botol kemasan, dimasukkan ke dalam wadah besar dan dibakar sekitar satu jam.

Proses pendinginan dilakukan menggunakan air di wadah terpisah, menghasilkan asap yang kemudian dialirkan melalui pipa-pipa khusus hingga menghasilkan tiga jenis cairan BBM: solar oktan rendah, minyak tanah, dan premium.

Menurut Agus, dari 5 kilogram sampah plastik yang dicacah, alat mampu menghasilkan sekitar 40–50 persen BBM dari total sampah yang diproses. “Dari jumlah tersebut, bisa dihasilkan sekitar 40–50 persen BBM dari total sampah yang diproses,” terangnya.

Saat ini, inovasi tersebut masih dimanfaatkan untuk kebutuhan internal sekolah. Namun, Agus menegaskan bahwa SMK Mudikal siap memproduksi alat ini secara massal jika ada permintaan dari pihak luar.

Dengan terobosan ini, ia berharap SMK Mudikal dapat menjadi pelopor dalam pendidikan berbasis riset dan lingkungan, serta memberikan inspirasi bagi masyarakat luas dalam mengelola sampah plastik dengan lebih bermanfaat.(mal)

0 Komentar