RADARPEKALONGAN.ID, BATANG – Bencana abrasi dan rob di wilayah pesisir Kabupaten Batang kian mengkhawatirkan. Ratusan hektare lahan kini terendam air laut, bahkan genangan mulai merambah ke teras-teras rumah warga di Kecamatan Batang.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Batang, Rusmanto, menyebutkan bahwa kondisi tersebut sudah berada pada tahap yang perlu penanganan serius dan kolaboratif. “Ada sekitar 370 hektare lahan yang terdampak air rob. Itu meliputi wilayah Desa Denasri Kulon dan sekitarnya,” ujarnya, Rabu (15/10).
Lahan yang terendam tak hanya milik masyarakat, tapi juga termasuk tanah pemerintah daerah. Sebagian besar merupakan lahan pertanian produktif yang kini tak lagi bisa ditanami.
Baca Juga:Santri Pekalongan Tuntut Trans7, Aksi Damai Mengecam Tayangan Lecehkan Kiai, Desak KPI Cabut Izin Siar!Pemkab Pekalongan Akan Buka Posko Informasi MBG 24 Jam, Antisipasi Peristiwa Tak Diinginkan!
“Perubahan mata pencaharian warga menjadi konsekuensi yang tak terhindarkan. Namun untuk data pastinya, nanti kami koordinasikan dengan pihak statistik,” tambahnya. Menurut Rusmanto, rob kali ini sudah menyentuh kawasan permukiman warga.
“Seperti yang kita lihat, air sudah sampai di teras-teras rumah, khususnya di wilayah Kecamatan Batang,” jelasnya.
Fenomena rob di Batang sudah berlangsung sekitar 4–5 tahun terakhir, namun tahun ini kondisinya dinilai paling parah. Upaya penanaman mangrove yang dilakukan beberapa tahun terakhir ternyata belum sepenuhnya mampu menahan laju abrasi.
Rusmanto menilai, keberhasilan konservasi pesisir tidak hanya bergantung pada program pemerintah, tetapi juga kesadaran masyarakat untuk ikut menjaga dan merawat lingkungan.
“Penanaman mangrove sudah dilakukan puluhan tahun, tapi hasilnya belum maksimal. Karena tanpa kesadaran bersama, tanaman yang sudah tumbuh pun tidak akan bertahan lama,” katanya.
DLH Batang terus berupaya melakukan konservasi lahan. Namun, Rusmanto tidak menutup kemungkinan untuk menggandeng program nasional, seperti pembangunan tanggul laut skala besar.
Ia menilai, program “Mageri Segoro” yang digagas Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bisa menjadi solusi jangka panjang menghadapi perubahan iklim dan rob. “Program ini dilaksanakan di sepanjang Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah. Tujuannya untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim, terutama naiknya permukaan air laut yang kini sudah terasa,” tandasnya.
Baca Juga:Batang Jadi Pasar Potensial Rokok Ilegal, Diskominfo Intensifkan Edukasi Lewat Podcast!Puncak Musim Hujan Diprediksi Januari, BPBD Batang Siagakan Relawan TRC Hadapi Bencana!
Bencana abrasi di Batang menjadi alarm bagi semua pihak bahwa perubahan iklim bukan sekadar isu global, melainkan ancaman nyata di depan mata. Tanpa langkah konkret dan kesadaran bersama, lahan pesisir Batang terancam terus menyusut.(fel)