RADARPEKALONGAN.ID, KOTA PEKALONGAN – Balai Latihan Kerja (BLK) Kota Pekalongan mencatat capaian membanggakan dalam pelaksanaan Uji Kompetensi (UJK) bagi peserta program pelatihan bersumber Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) Tahap I.
Dari total 160 peserta yang mengikuti uji kompetensi, sebanyak 92,5 persen dinyatakan kompeten oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) BNSP Kota Surabaya yang menjadi mitra pelaksana.
Kepala BLK Kota Pekalongan, Helmy Hendarsyah, menjelaskan bahwa uji kompetensi ini merupakan tindak lanjut dari 10 paket pelatihan DBHCHT Tahap I. Meskipun sertifikat resmi dari BNSP belum diterima, hasil penilaian menunjukkan bahwa mayoritas peserta berhasil memenuhi standar kompetensi yang diuji.
Baca Juga:Santri Pekalongan Tuntut Trans7, Aksi Damai Mengecam Tayangan Lecehkan Kiai, Desak KPI Cabut Izin Siar!Pemkab Pekalongan Akan Buka Posko Informasi MBG 24 Jam, Antisipasi Peristiwa Tak Diinginkan!
“Dari 160 peserta, 12 di antaranya dinyatakan belum kompeten. Artinya, sekitar 92,5 persen peserta telah memenuhi kualifikasi yang diuji dalam skema masing-masing. Proses penerbitan sertifikat sedang berjalan di LSP, dan akan segera kami distribusikan setelah selesai,” jelasnya, Senin (13/10/2025).
Selain UJK, BLK Kota Pekalongan juga memastikan peningkatan keterampilan peserta melalui kegiatan On Job Training (OJT). Para peserta yang telah mengikuti uji kompetensi langsung diterjunkan selama tiga bulan ke berbagai perusahaan yang telah menjalin kerja sama dengan BLK, di antaranya RSUD Bendan, Hotel Aston, Hotel Santika, Dealer Yamaha, dan lainnya.
Kerja sama ini terwujud setelah penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara BLK dan pihak perusahaan, sehingga peserta tidak hanya memperoleh keterampilan teknis melalui pelatihan, tetapi juga mendapatkan pengalaman kerja nyata.
Helmy mengatakan, sebelum program pelatihan dilaksanakan, BLK Kota Pekalongan terlebih dahulu melakukan Training Need Analysis (TNA) untuk memetakan kebutuhan kompetensi yang dibutuhkan industri.
“Pelatihan bukan hanya soal keterampilan, tetapi harus menjawab kebutuhan nyata perusahaan. Karena itu, sebelum dibuka, kami melakukan TNA melibatkan HRD dan forum jejaring industri. Hasilnya menjadi dasar penyusunan kurikulum serta skema uji kompetensi,” tandasnya.
Dengan tingkat kelulusan kompetensi yang tinggi dan dukungan penempatan kerja melalui OJT, pihaknya menegaskan komitmennya dalam mencetak tenaga kerja terampil, tersertifikasi, dan siap diserap industri.(nul)