Prinsip Relevansi tersebut kemudian diterjemahkan menjadi Pilar Kontribusi dan Khidmah Nyata. Jika di masa lalu khidmah pengabdian santri fokus pada urusan agama, maka di kota, pengabdian harus diperluas untuk menyentuh sektor-sektor riil yang menjadi kebutuhan masyarakat. Ini adalah wujud dari konsep Tadarruj Madani –pembangunan peradaban sipil yang bertahap. Santri urban kini wajib mengintegrasikan nilai-nilai luhur ke dalam dimensi: Pendidikan (melahirkan SDM kompetitif), Ekonomi (mendorong kemandirian melalui koperasi, UMKM berbasis potensi lokal, dan digitalisasi), serta Kesehatan (memperkuat layanan sosial yang terjangkau).
Inilah bentuk jihad abad ke-21. Jika dulu santri turut ikut mengangkat senjata, maka sekarang mengangkat literasi, digitalisasi, dan moderasi untuk mempertahankan moralitas, persatuan, dan keilmuan bangsa dari gempuran disrupsi.
Gerakan Santri Urban adalah peta jalan yang membuktikan bahwa santri adalah generasi yang memahami pesan Kiai Hasyim Asy’ari: “Mempertahankan tradisi yang baik harus seiring dengan mengambil hal-hal baru yang lebih baik.” Melalui pendekatan adaptif di lingkungan urban, santri memastikan Indonesia melangkah tegak menuju Peradaban Dunia.
Baca Juga:Dari Hafalan Menuju Amalan: Menghidupkan Marwah Ilmu dalam Harlah ke-96 LP Ma'arifKH Hasan Su'aidi dan H Machrus Abdullah Terpilih sebagai Rais dan Ketua PCNU Kota Pekalongan 2025–2030
Semangatnya santri tidak terhenti pada masa lalu saja tapi siap menjemput masa depan dan menjemput indonesia emas 2045. Selamat Hari Santri Nasional 2025!