RADARPEKALONGAN.ID, BATANG – Upaya menelusuri jejak awal berdirinya Kabupaten Batang terus digarap serius oleh Paguyuban Masyarakat Batang (PMB). Kali ini, penggalian sejarah difokuskan pada masa Kasultanan Mataram Islam di bawah kepemimpinan Sultan Agung Hanyokrokusumo.
Langkah mulia itu mendapat restu langsung dari Sultan Ngayogyakarta Hadiningrat sekaligus Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X. Beliau bahkan memberikan mandat khusus kepada sejarawan Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Sri Margana, untuk membukukan sejarah Kabupaten Batang secara ilmiah dan komprehensif. Sejumlah situs yang diyakini memiliki keterkaitan kuat dengan era Mataram pun mulai ditelusuri.
Ketua DPD PMB Batang, Sukirman, mengaku bersyukur dan mengapresiasi penuh dukungan dari Ngarso Dalem. Ia menuturkan, hasil penelusuran awal menunjukkan bahwa Pelabuhan Batang pernah menjadi salah satu pelabuhan terbesar pada masa kejayaan Mataram Islam.
Baca Juga:Nama Komisaris BPR-BKK Pekalongan Sudah Muncul, Pemkab Godok Penyertaan Modal 2026!Warung Remang-remang Banyuputih Batang Terancam Digusur, Satpol PP Beri Ultimatum Akhir!
“Kami mewakili masyarakat Batang sangat berterima kasih. Semoga hasil penggalian sejarah ini bisa menjadi dasar lahirnya buku Babad Batang. Tujuannya agar generasi muda mengenal dan menghargai warisan leluhur pendiri Kabupaten Batang,” ujarnya, Minggu (19/10).
Pembina PMB, Letjen Mar (Purn.) Suhartono, menegaskan bahwa pelabuhan Batang memiliki nilai strategis sejak masa Sultan Agung. Dari pelabuhan inilah pasukan Mataram memulai ekspedisi ke Batavia.
“Data yang kami temukan menunjukkan Batang bukan kota baru, melainkan kota tua dengan sejarah panjang. Artinya, tahun berdirinya Batang perlu dikaji ulang berdasarkan bukti nyata, bukan sekadar cerita tutur,” jelasnya.
Sementara itu, Prof. Sri Margana mengungkapkan bahwa proses penulisan buku Babad Batang masih pada tahap awal dan memerlukan waktu panjang. “Sebaiknya penulisan dilakukan secara bertahap per periode. Mulai dari masa Klasik, Islam, VOC, kolonial Belanda, Jepang, hingga kemerdekaan,” ujarnya.
Dengan dukungan akademisi, sejarawan, dan masyarakat lokal, Batang perlahan menapak jejak masa lalunya—membangun kembali kebanggaan atas sejarah yang sempat terlewatkan oleh zaman.(fel)