RADARPEKALONGAN.ID – Ratusan warga pesisir memadati Lapangan Wonokerto Wetan, Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan, Sabtu (13/12/2025), dalam rangka Pekan Hari Nusantara 2025. Kegiatan ini memadukan pementasan teater rakyat, diskusi publik, serta layanan perlindungan sosial bagi nelayan dan awak kapal perikanan (ABK) yang terdampak perubahan iklim.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program PROSPER (Protecting Rural & Ocean-dependent Societies through Participatory Economic Resilience) yang dilaksanakan oleh Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia dengan dukungan People’s Courage International (PCI). Program PROSPER berfokus pada penguatan perlindungan sosial dan ketahanan ekonomi masyarakat pesisir, khususnya nelayan, pekerja perikanan migran, dan keluarganya.
Pra acara yang sudah dimulai sejak pukul 16.30, diisi dengan aksi donor darah, sosialisasi dan penyuluhan dari BPJS Ketenagakerjaan dan sosliasisasi perlindungan ABK dari Tim National Fisher Center (NFC DFW-Indonesia). Acara kemudian dibuka pukul 19.30 yang diisi sambutan dari Koordinator Project PROSPER DFW-Indonesia, Beni Sabdo Nugroho dan Kades Wonokerto Wetan, Nazir Aziz.
Baca Juga:Semarak Puncak Peringatan HUT ke-52 Kospin Jasa, Karyawan Berdedikasi Terima Penghargaan dan HadiahJasa Raharja Bersama Korlantas Gelar Survei Kesiapan Ops Lilin 2025 di Wilayah Jawa
Berbeda dari kampanye konvensional, Pekan Hari Nusantara di Wonokerto mengangkat pendekatan budaya melalui pementasan teater oleh Kelompok Teater Wot, kelompok seni lokal yang telah lama merekam realitas kehidupan nelayan pesisir. Pementasan ini menggambarkan risiko kerja nelayan, dampak perubahan iklim, hingga kerentanan awak kapal perikanan terhadap eksploitasi.
Pementasan teater kemudian dilanjutkan dengan diskusi publik yang menghadirkan perwakilan DFW Indonesia dan Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI). Diskusi membahas kondisi kerja nelayan dan ABK, tantangan akses jaminan sosial, serta perlindungan sosial adaptif di tengah krisis iklim yang semakin nyata di wilayah Pantura.
Perwakilan DFW Indonesia menyampaikan bahwa nelayan dan ABK masih menghadapi berbagai persoalan serius, mulai dari jam kerja berlebihan, risiko keselamatan di laut, hingga keterbatasan akses terhadap jaminan sosial ketenagakerjaan dan kesehatan.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin memastikan informasi perlindungan sosial tidak berhenti di level kebijakan, tetapi benar-benar sampai dan bisa diakses oleh nelayan dan keluarganya,” ujar Beni Sabdo Nugroho, Kordinator Project PROSPER- DFW Indonesia.
Sementara itu, perwakilan KNTI menyoroti bahwa perubahan iklim telah memperparah kerentanan nelayan tradisional, baik dari sisi pendapatan maupun keselamatan kerja. Diskusi ini menjadi ruang bersama untuk membangun pemahaman sekaligus mencari solusi perlindungan yang lebih inklusif.
