RADARPEKALONGAN.ID – Satu lagi grup band turut meramaikan khasanah musik di Pekalongan. OM New Eleng yang hadir dengan konsep orkes melayu, menawarkan alternatif pilihan bagi penikmat musik baik lokal maupun nasional.
OM New Eleng sebenarnya bukan pemain baru di dunia musik Pekalongan. Berdiri sejak 2017, grup beranggotakan enam personel tersebut sudah malang melintang di panggung-panggung festival musik lokal. Namun kini, Agung ‘Brindil’ dan kawan-kawan sukses menelurkan karya berupa mini album yang berisikan dua single yakni ‘Curhat’ dan ‘Bocah Kekinian’.
Mini album tersebut resmi diluncurkan dalam acara ‘Puputan Karya Curhat Bocah Kekinian’ di Moksha Coffee, Kamis (18/12/2025) malam. Diramaikan para Paspampres Nyeleng (sebutan bagi penggemar OM New Eleng), mereka sukses memberikan penampilan terbaik yang sekaligus menandai diluncurkannya dua lagu yang menjadi karya pertama band tersebut.
Baca Juga:Sosialisasi Empat Pilar, Ashraff Abu Tekankan Pentingnya Menjaga Keutuhan NKRIJasa Raharja Gelar Apel Pengamanan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
Tak hanya musik yang membuat bergoyang, OM New Eleng juga menyajikan penampilan dan aksi panggung yang menarik. Sapaan-sapaan nyeleneh dengan bahasa khas Pekalongan, juga sukses membuat suasana lantai panggung semakin menghangat.
OM New Eleng lahir dari tongkrongan anak-anak muda di gang. Dari sana, momentum terbentuknya band muncul dari satu event Hari Buruh Nasional di Pekalongan. Bersama berbagai komunitas lainnya, OM New Eleng hadir sebagai salah satu penampil. Dari sana, mereka kemudian rutin hadir di panggung-panggung festival musik lain.
“Kalau bicara latar belakang, sebenarnya kita awalnya hanya sekedar anak tongkrongan di kampung saja. Biasa, main-main gitar, gendang dan bernyanyi bareng, seperti anak-anak muda lainnya,” tutur Vokalis OM New Eleng, Agung ‘Brindil.
Baru ketika ada momen tampil di peringatan Hari Buruh Nasional, OM New Eleng resmi terbentuk. “Sebenarnya saat itu kami main juga spontan saja, bersama komunitas lainnya,” tambah Agung.
Tentang pilihan genre, Agung juga menyatakan bahwa tidak ada alasan spesifik. Genre dan konsep orkes melayu dipilih karena memang sebagian besar dari mereka menggemari musik dangdut. Selain itu, mereka juga membawa semangat untuk menjaga dan mengembangkan musik dangdut sebagai salah satu budaya Indonesia.
