Program Ayah Ambil Rapor di Batang, Cara Ipda Dedy Luangkan Waktu di Tengah Tugas Operasi Lilin 2025

Program Ayah Ambil Rapor di Batang: Cara Ipda Dedy Luangkan Waktu di Tengah Tugas Operasi Lilin 2025
NOVIA ROCHMAWATI AMBIL RAPOR - Program Ayah Mengambil Rapor yang dilakukan di SDN Proyonanggan 03 Batang.
0 Komentar

RADARPEKALONGAN.ID, BATANG – Pemandangan berbeda terlihat di sejumlah sekolah di Kabupaten Batang saat pembagian laporan hasil belajar siswa semester ini. Jika biasanya ruang kelas didominasi oleh kaum ibu, kini para ayah tampak antusias turun tangan dalam program Ayah Mengambil Rapor.

Gerakan yang digagas oleh Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) ini mulai menunjukkan dampak positif di SDN Proyonanggan 3 Batang. Salah satu wali murid yang hadir adalah Ipda Dedy Sapto Haryo, anggota Polres Batang. Di tengah kesibukan mengawal Operasi Lilin Candi 2025, ia tetap memprioritaskan kehadiran untuk sang buah hati.

“Program ini bagus sekali. Anak pasti bangga kalau yang mengambil rapor orang tuanya langsung,” ujar Ipda Dedy usai berdialog dengan wali kelas, Senin (22/12/2025).

Baca Juga:PWRI Eks Karesidenan Semarang Sukseskan Registrasi Nasional KTA, Bupati Kendal: ASN Tak Pernah PurnaLibur Nataru, Stasiun Pekalongan Layani 39 Ribu Penumpang, Kereta Api Jadi Pilihan Utama Masyarakat

Bagi Dedy, kehadiran sosok ayah di sekolah memberikan kesempatan bagi orang tua pria untuk memahami perkembangan akademik anak secara mendalam, bukan sekadar menerima informasi dari istri di rumah.

“Bisa sekalian diskusi dengan guru soal pola mendidik di rumah,” imbuhnya tanpa rasa canggung meski dikelilingi ibu-ibu wali murid lainnya.

Kepala SDN Proyonanggan 3 Batang, Esti Yuni Pratiwi, mengungkapkan bahwa pihak sekolah secara khusus memberikan imbauan agar para ayah yang hadir. Hal ini merespons surat dari Menteri Wihaji yang mendorong keterlibatan ayah dalam pola asuh anak.

“Dari imbauan Pak Menteri itu, kami mengundang orang tua dan diusahakan yang hadir bapak-bapaknya. Undangan pukul 07.30, tapi sejak pagi bapak-bapak sudah datang,” jelas Esti.

Strategi sekolah mengatur waktu di pagi hari terbukti efektif. Para ayah bisa berdiskusi dengan guru terlebih dahulu sebelum melanjutkan aktivitas berangkat ke kantor atau tempat kerja. Esti mencatat perubahan drastis, di mana sebelumnya 80 persen kehadiran adalah ibu, kini mayoritas kursi di kelas diisi oleh para ayah.

“Supaya yang tahu perkembangan anak bukan hanya ibu, tapi ayah juga,” tegasnya.

Kesuksesan program ini juga dirasakan di tingkat menengah. Setia, orang tua siswa di SMPN 3 Batang, mengaku sempat merasa gugup namun berakhir dengan rasa bangga setelah mendengar langsung prestasi anaknya dari pihak sekolah. Kehadiran fisik seorang ayah dinilai memberikan validasi emosional yang kuat bagi mental anak dalam menempuh pendidikan. (nov)

0 Komentar