RADARPEKALONGAN.ID, KOTA PEKALONGAN – Upaya penanggulangan penyakit Tuberkulosis (TB) di Kota Pekalongan kini tidak hanya berfokus pada aspek medis, tetapi juga menyentuh sisi kesejahteraan ekonomi. Yayasan Mentari Indonesia mulai menerapkan pendekatan berkelanjutan dengan membekali para penyintas TB melalui bantuan kewirausahaan.
Langkah ini diambil untuk memastikan para penyintas memiliki kemandirian finansial setelah melewati masa pengobatan yang panjang. Ketua Yayasan Mentari Indonesia Kota Pekalongan, Ira Septiawati, mengungkapkan bahwa bantuan usaha ini diberikan sebagai stimulus awal bagi mereka untuk kembali produktif di tengah masyarakat.
“Tahun ini kami memberikan tiga bantuan kewirausahaan bagi penyintas. Harapannya, mereka bisa mulai membangun usaha sendiri untuk menambah income dan membantu perputaran roda ekonomi keluarga,” jelas Ira saat ditemui di Pekalongan, Rabu (24/12/2025).
Baca Juga:Tak Ada Pesta Tahun Baru di Kabupaten Pekalongan, Wakil Bupati Sukirman, Malam Pergantian Tahun Doa BersamaDukung Swasembada Pangan, Kota Pekalongan Terima Bantuan 6 Unit Alsintan dari Presiden Prabowo Subianto
Antisipasi Keterbatasan Donor
Selain kepada penyintas, Ira menekankan pentingnya pembekalan wawasan bagi para relawan TB. Mengingat pendanaan dari donor internasional maupun pemerintah cenderung mengalami efisiensi, para penggerak di lapangan dituntut untuk lebih mandiri secara ekonomi agar semangat pengabdian mereka tetap terjaga.
“Baik volunteer maupun penyintas perlu memiliki insight untuk kehidupan ke depan. Karena semakin lama dana dari donor semakin mengecil, sebagaimana pemerintah juga melakukan efisiensi. Oleh karena itu, kami merasa perlu melakukan pemberdayaan,” tambahnya.
Selama ini, relawan TB di bawah naungan Yayasan Mentari bekerja secara sinergis dengan puskesmas setempat. Sistem apresiasi yang diberikan pun bukan berupa gaji bulanan, melainkan berbasis pada kinerja lapangan atau penemuan kasus yang berhasil ternotifikasi.
“Reward yang diberikan berupa penemuan suspek dan penemuan kasus ternotifikasi. Jadi tidak ada honor per bulan, semuanya tergantung keaktifan kader dalam melakukan skrining,” tutur Ira.
Dengan adanya program pemberdayaan ekonomi ini, Yayasan Mentari berharap rantai kemiskinan yang seringkali berkelindan dengan penyakit menular dapat diputus. Relawan dan penyintas kini didorong untuk tidak hanya menjadi pejuang kesehatan, tetapi juga penggerak ekonomi mikro di lingkungan masing-masing.
Pendekatan ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup penyintas TB secara menyeluruh, sekaligus memperkuat sistem penanggulangan TB berbasis komunitas di Kota Batik yang lebih inklusif dan berkelanjutan. (nul)
