5 Alasan Anak Jadi Pelaku Bullying, Waspadai Pola Asuh yang Salah & Penanganan yang Tepat

5 Alasan Anak Jadi Pelaku Bullying, Waspadai Pola Asuh yang Salah & Penanganan yang Tepat
0 Komentar

Pendidikan yang terlalu bodoh bisa mengubah seorang anak menjadi tiran. Kenapa ini terjadi? Karena apapun yang dia lakukan, dia terbiasa ditinggal sendirian dan membuat alasan.

Tidak hanya itu, pola asuh yang tegas dengan menerapkan hukuman fisik yang keras juga dapat menyebabkan anak menjadi pelaku bullying.

Membiasakan dihukum tanpa benar-benar memahami apa yang salah dapat membuat anak merasa bahwa kekerasan adalah cara yang tepat untuk menyelesaikan sesuatu atau mendapatkan apa yang diinginkannya.

Baca Juga:Cara Ukur Jarak Rumah ke Sekolah untuk Zonasi PPDB 2023, Tidak Hanya dengan Google MapsCara Diet Jessica Mila, Turunkan Berat Badan Hingga 10 kg dengan Cara Sehat

Orang tua tidak dapat mengawasi anaknya di luar rumah, tetapi orang tua dapat mengajari mereka cara berteman, apa yang dapat dan tidak dapat mereka lakukan terhadap orang lain, terutama di lingkungan yang bersahabat. Selain itu, harus ada komunikasi yang baik antara orang tua dan sekolah.

Ketika sekolah melaporkan seorang anak pelaku intimidasi, ini bisa menjadi waktu yang tepat untuk mendidik anak-anak dan memastikan mereka belajar dari pengalaman tersebut.

Hukuman untuk anak-anak yang membully

Hukuman, tentu saja, diperlukan agar anak memahami konsekuensi dari perilakunya. Namun, yang tidak kalah penting adalah bahwa mereka juga memiliki hak untuk didengarkan.

Dari situ, orang tua dapat mengetahui alasan terjadinya bullying dan juga mengetahui bahwa kebutuhan anak terpenuhi. Sehingga orang tua kemudian dapat membantunya memperbaikinya.

Bagaimana cara mendidik para pembully?

Anak mungkin tidak menyadari kesalahan perbuatannya jika orang tua terlalu fokus menghukumnya, sehingga merasa sakit hati dan sakit hati.

Tindakan seperti itu bahkan dapat menyebabkan anak menyalahkan orang tua atas rasa sakit yang mereka alami. Dengan menyepakati hukuman terlebih dahulu, anak dapat lebih memahami akibat dari kesalahan yang dilakukannya.

Orang tua juga harus tegas dalam sikapnya, jika menyepakati suatu hukuman, maka laksanakan dengan benar. Ekspresi sedih, kecewa, jijik, dan kesal juga perlu ditunjukkan agar anak dapat memahami emosi yang sedang dirasakan orang tuanya.

Baca Juga:Segar dan Kaya Air, Inilah Manfaat Mentimun Bagi KesehatanHimbaun Bagi Penderita Asam Urat, Inilah Ikan yang Aman dan Tidak Aman Dikonsumsi

Penting untuk memiliki konsekuensi sosial dan emosional bagi anak-anak ketika mereka dilecehkan. Orang tua tidak boleh berpura-pura tidak ada yang salah, karena dengan begitu mereka mungkin menganggap perilakunya normal dan tidak ada konsekuensi yang signifikan.

0 Komentar