Hubungan bisa menjadi sesuatu yang menyeramkan bagi sebagian orang. Akibat dari ketakutannya, mereka memilih menghindari keintiman. Situasi ini menjelaskan bahwa seseorang memiliki tipe keterikatan menghindar atau avoidant attachment.
Perspektif seseorang terhadap hubungan dijelaskan melalui konsep gaya keterikatan atau Attachment Style. Salah satu dari 4 attachment style yang ada adalah avoidant, ketika orang tidak percaya bahwa hubungan akan memberikan jaminan kehidupan yang baik untuknya.
Keterikatan menghindar cenderung memungkinkan pemiliknya untuk merahasiakan kondisi internal mereka dan menghindari percakapan yang terlalu mendalam dan emosional. Mereka cenderung hati-hati dengan menutup diri, membunuh perasaan sendiri, mengotak-kotakkan manusia, serta mengambil langkah menjauh.
Jenis keterikatan ini membuat orang sulit didekati dan dipahami.
Masa Kecil Pengaruhi Munculnya Avoidant
Pengalaman masa kecil pengaruhi avoidant attachment. (Sumber: freepik.com)
Baca Juga:6 Aspek Kedewasaan: Apakah Saya Sudah Dewasa?Barnum Effect, Menjebakmu dalam Popularitas Zodiak hingga Tes Kepribadian
Gaya keterikatan seseorang sangat dipengaruhi oleh bagaimana hubungan mereka dengan orang tua atau pengasuh sejak masih kecil.
Orang tua dari anak-anak yang memiliki keterikatan menghindar cenderung tidak hadir secara optimal di kala anak-anak berada di usia bayi hingga kanak-kanak.
Orang tua cenderung mengabaikan kebutuhan anak-anak mereka terutama ketika anak-anak berada di kondisi sakit. Mereka juga menanamkan kewajiban untuk mandiri, mencegah tangisan, dan mengabaikan emosi negatif.
Hubungan tidak baik antara orang tua dan anak ini dapat meninggalkan kenangan yang buruk bagi anak, juga doktrin tentang bagaimana suatu hubungan berjalan.
Sebagai tanggapan, anak dengan keterikatan menghindar ini sejak awal menekan keinginan untuk mencari orang tua ketika ketakutan, tertekan, atau kesakitan. Mereka memilih untuk bergantung pada diri sendiri.
Secara alami, mereka menembangkan karakteristik independen terhadap kehidupan dan mempertahankan ilusi bahwa mereka dapat menjaga diri sepenuhnya. Mereka juga menganggap bahwa membiarkan orang lain terlibat lebih jauh dalam kehidupan mereka hanya akan menciptakan luka lain.
Anak-anak dengan kondisi masa kecil seperti ini cenderung tumbuh dengan sedikit motivasi untuk mencari bantuan orang lain.