RADARPEKALONGAN.ID – Keberadaan batik di setiap kota tidak dapat dilepaskan dari sejarah kota tersebut. Demikian juga dengan Batik Yogyakarta yang dianggap sebagai cikal bakal batik dengan adanya batik keraton.

Perkembangan Batik Yogyakarta dari awalnya batik eklusif kerajaan menjadi komoditi bisnis
Batik Yogyakarta tidak dapat dilepaskan dari sejarah berdirinya kerajaan mataram Islam oleh panembahan senopati.
Setelah memindahkan pusat kerajaan dari Pajang ke Mataram. Panembahan senopati sering mengadakan tapa brata artinya bertapa bersemedi.
Di sepanjang pesisir selatan, menyusuri pantai parangkusuma di lembah parang gupita, menyisiri tebing pengunungan seribu yang tampak seperti pereng atau tebing berbaris.

Tempat pengembaraan itu akhirnya mengilhami pembuatan motif batik lereng atau parang yang merupakan ciri khas batik mataram yang berbeda dengan batik batik sebelumnya.
Batik di keraton memang bukan sekedar lukisan tanpa makna. Tetapi sering dikaitkan dengan laku brata dan pengalaman spiritual penciptanya.
Hak eklusif penggunaan batik parang tentu saja memiliki raja pembuatnya dan keturunannya. Kalangan di luar keraton dilarang menggunakan batik motif parang tersebut.
Larangan tersebut pernah dicanangkan oleh sri sultan HB I pada tahun 1785. Yang antara lain kain baitk motif parang rusak barong dan beberapa motif parang lainnya.
Terakhir sri sultan HB VIII menetapkan revisi larangan tersebut dengan membuat pranatan dalem bab namanipun pengangge in nagari ngayogyakarta hadiningrat, yang dimuat dalam rijksblad van dyogyakarta no 19 tahun 1927.
Pranata ini sampai sekarang tidak diperbaharui dan menjadi semacam aturan tidak tertulis yang menjadi tradisi di lingkungan kraton.
Di masa lalu, batik bukan hanya digunnakan untuk melatih ketrampilan lukis atau menggambar dan sungging (mewarnai dengan cat) namun merupakan seni yang sarat dengan pendidikan etika dan estetika bagi perempuan.
Batik Yogyakarta juga sering digunakan untuk menandai adanya peristiwa penting di dalam kehidupan manusia di Jawa.
Misalnya saja batik dengan corak trumtum cocok untuk upacara akad nikah. Sendangkan corak midodareni, grompol, semen rama, nagasari cocok untuk pernikahan.