Cancel Culture: Tren untuk Dihapus atau Dipertahankan?

Cancel culture, budaya untuk dihapuskan atau dipertahankan?
Cancel culture, budaya untuk dihapuskan atau dipertahankan? (Sumber: freepik.com)
0 Komentar

Efek Kesehatan Mental Akibat Cancel Culture

 Di samping sisi positif yang cenderung ada pada kehidupan sosial, cancel culture juga membawa berbagai efek negatif yang berhubungan dengan kesehatan mental. Dampak ini dapat berbeda-beda bergantung posisi seseorang, apakah dia yang menjadi objek cancel culture, subjek, atau sekadar pengamat.

Efek terhadap Objek

Sayangnya, perilaku ini bisa bertransformasi menjadi pem-bully-an. Ketika menjadi orang yang dibiokot, muncuk perasaan dikucilkan, diisolasi secara sosial, dan kesepian. Studi juga menunjukkan bahwa kesepian diasosiasikan dengan kecemasan yang tinggi, depresi, hingga tingkat bunuh diri.

Jika seseorang merupakan seseorang yang menjadi objek cancel culture, dia juga bisa merasakan bahwa semua orang menyerah atas dirinya dan dia tidak memiliki celah untuk meminta maaf. Sebab, dibandingkan memberikan kesempatan untuk berdialog dan mencari tahu bagian mana yang salah pada orang tersebut, pemboikot justru menutup akses komunikasi dan kesempatannya untuk belajar dan berkembang dari kesalahan yang dilakukan.

Efek terhadap Subjek

Baca Juga:Wajar Untuk Cemburu, Ini 5 Cara yang Sehat untuk MengekspresikannyaGlimmer: Lawan dari Trigger, Picu Kamu Merasa Aman dan Nyaman

Setiap orang memiliki hak untuk menentukan batasan mereka dan menentukan apa yang mendukung dan menyinggung. Orang juga memilikihak untuk menentukan siapa dan apa saja yang pantas mereka berikan perhatian, uang, dan dukungan.

Akan tetapi, menerapkan cancel culture kepada pihak yang menyinggung tidak selalu membuat mereka mengubah keyakinan atau mengambil perubahan jangka panjang. Mereka justru cenderung berusaha keras memoertahankan ego dan reputasi yang dimiliki.

Dalam beberapa kasus, perilaku ini memberikan efek yang berlawanan dari yang sebenarnya diinginkan.

Efek terhadap Pengamat

Cancel culture tidak hanya berefek pada pihak-pihak terkait, tetapi juga pada pengamat. Setelah melihat fenomena ini, beberapa orang yang mengamati cenderung terganggu dengan rasa takut. Mereka merasa cemas bahwa  akan berada di posisi serupa jika mengekspresikan diri dan melakukan kesalahan. Ini dapat membuat mereka enggan berbicara dan memilih untuk memendam pemikiran yang dimiliki.

Beberapa aspek dalam cancel culture dapat bermanfaat untuk mengendalikan orang dan organisasi agar bisa mempertanggungjawabkan apa yang mereka perbuat. Akan tetapi, di sisi lain juga bisa menciptakan level bullying tertentu dan merusak mental seseorang.

0 Komentar