Caping 2 Tokoh yang Mempesona

Caping
Caping catatan pinggir (Shopee.com)
0 Komentar

RADARPEKALONGAN.ID – Caping yang akan kita bahas kali ini bukan sekadar benda biasa loh. Seperti layaknya topi, penutup kepala manusia agar terlindungi dari terik sang surya.

Bukan barang biasa seperti itu. Tapi hasil dari gerak intelektual luar biasa. Bisa dibilang mereka ini tokoh jurnalisme saat ini.

Kalau mau difilosofikan boleh saja. Caping adalah penutup yang dibuat dari barang yang tipis. Berbentuk kerucut lancip. Dibuat dari anyaman bambu.

Baca Juga:2 Mie Gacoan Terdekat di Pekalongan, Tak Perlu Jauh-jauh ke Malang. Murah dan Mudah!3 Bihun Goreng Lezat yang Bikin Nyandu di Lidah

Artinya mengerucut pada sebuah inti masalah atau kejadian berita aktual. Mau diartikan seperti itu sah-sah saja. Tak ada yang melarang.

Tapi sebenarnya Caping adalah akronim dari Catatan Pinggir. Tak ada kaitannya dengan filosofi apapun.

Dalam perkembangan jurnalistik sekarang ini, ada dua tokoh yang mewarnai produk media. Baca : Catatan Pinggir. Ialah Goenawan Mohammad dan Dahlan Iskan.

Selayak pandang bahasa 2 tokoh tadi jadi hiburan tersendiri. Terutama bagi wartawan yang mencintai dan menjunjung bahasa Indonesia.

Inilah Catatan Pinggir dari dua tokoh terkenal baik rekam jejaknya. Baik kesamaan maupun perbedaannya. Tentu bila kamu tertarik.

Dahlan Iskan (Instagram:@dahlaniskan)

Ekonomi Bahasa Tingkat Tinggi

Jika membaca tulisan ulasan baik Goenawan Mohammad atau Dahlan Iskan, barangkali yang tak biasa akan tercengang. Mengapa hanya segitu. Dua kata atau bahkan satu kata saja.

Dua tokoh jurnalistik terkemuka ini sama-sama irit bahasa. Ekonomi bahasa pada kata benar-benar dipraktikkan.

Baca Juga:BARU! Mie Richeese Murah Harga 2.000-an, Cobain YukBIKIN NGILER Mie Goreng Jawa Telur Dadar Kuliner Malam Hari Buat 2 Porsi

Istilah yang saya dapat dari kawan-kawan Persma Ekspresi Universitas Yogyakarta. Saya curi ilmu buku panduan khusus Persma dan ketemu istilah “Ekonomi Bahasa”.

Tak perlu berpanjang kata. Cukup satu, dua atau tiga kata saja dalam judul. Begitulah kesamaan antara Goenawan Mohammad dan Dahlan Iskan.

Keindahan Bahasa

Estetika bahasa tak lagi mempedulikan aturan bahasa. Asal terbaca mengalir saja, tak perlu ada koreksi.

Seringkali walau tak memakai aturan bahasa, tapi indah dibaca. Tak hanya di tulisan Dahlan Iskan, tapi juga di catatan pinggir pentolan Tempo Goenawan Mohammad.

0 Komentar