[CERPEN) Perempuan yang Kupeluk di Rest Area

[CERPEN) Perempuan yang Kupeluk di Rest Area
Sumber foto: https://st3.depositphotos.com/
0 Komentar

Aku tiba di rumah menjelang subuh. Ibu sudah mengenakan mukenah saat membukakan pintu untukku. Senyum hangat yang telah kukenal sejak kecil memendar dari sketsa wajahnya yang telah dimakan usia.

“Ya Allah, sudah berapa tahun kamu tak pulang, Lek. Untung nggak lupa rumahmu,” kata ibu sambil mengecup keningku lantas memeluk dengan eratnya.

Aku sudah tumbuh menjadi lelaki dewasa, 31 tahun. Tapi ibu tetaplah ibu, ia memperlakukanku seperti anaknya dua puluh tahun lalu. Tetap berinisiatif mengangkat tas koperku yang berat, sebelum kurebut dengan cepat. “Anakmu ini sudah besar Bu, sudah bisa mencari makan sendiri. Tetapi kualitas sayangmu tak juga menyusut,” batinku.

Baca Juga:[PUISI] Luka KemarinYang Kamu Benci, Bisa Saja jadi Penyelamatmu

Ibu lantas menarik tanganku ke ruang tengah, memintaku duduk menghadap meja makan. Duh, ini meja makan yang sama sejak puluhan tahun lalu, berbahan jati, berbentuk persegi panjang.

“Tuh, Ibu sudah masakkan cecek* coklat kesukaanmu. Sana cuci-cuci dulu, terus makan. Sebentar lagi subuh, Ibu mau ke surau.”

Aku pun mengiyakan. Bergegas hendak ke kamar mandi, sambil nyicip sepotong cecek buatan ibu yang masih saja membisukan lidah.

“Oiya Bu, tadi aku ketemu Sari loh di rest area. Padahal aku mau ke timur, Sari mau ke barat, kok bisa ketemu ya.”

Ibu mengerutkan keningnya. “Sari siapa? Teman kecilmu yang suka kamu itu?”

“Iya Bu, Sari yang dulu sering main ke sini. Anaknya Lek Ali di ujung gang itu loh…”

***

Aku sedang duduk di rumah makan rest area di daerah Indramayu. Suasananya agak lengang, hanya beberapa bus PO Sinar Jaya yang terparkir. Aku sedang menyesap kopi, saat seorang perempuan berjalan seorang diri di sampingku. Reflek pandangan mataku teralihkan. Ini bukan soal tabiat laki-laki yang gemar melirik perempuan, tetapi sosok ini seperti kukenal dengan baik. Bentuk tubuh, tingginya, sampai cara jalannya.

Baca Juga:Mantan Wakil Bupati Kendal Ini Didorong Maju Pencalonan Ketua PCNUAwal Desember, Perumda Sendang Kamulyan Sudah Realisasikan Target Dividen Rp 4 Miliar

“Sari…,” panggilku dengan suara agak keras. Mungkin karena setengahnya adalah keterkejutan. Ketika ia menoleh, aku spontan menghampiri, kutarik ia ke mejaku.

Tidak sepertiku yang ekspresif merespon situasi, Sari tampak irit reaksi. Wajahnya hanya menyisakan senyum simpul. “Aneh ya, kok kita bisa ketemu di sini. Kamu mau ke Jakarta, Sar? Duh, padahal aku mau pulang ke Tegal ini.”

0 Komentar