Disonansi Kognitif, Alasan Mengapa Kamu Merasa Tidak Konsisten

Disonansi kognitif, alasan mengapa kamu sering merasa tidak konsisten.
Disonansi kognitif, alasan mengapa kamu sering merasa tidak konsisten. (Sumber: contemplativestudies.org)
0 Komentar

Contoh Disonansi Kognitif

Contoh disonansi kognitif. (Sumber: freepik.com)

Ketidakkonsistenan dapat dikenali melalui kehidupan sehari-hari. Berikut merupakan beberapa contohnya.

  • Orang ingin sehat, tetapi tidak berolahraga secara teratur atau makan makanan bergizi. Mereka kemudian merasa bersalah dan menyesal.
  • Tahu bahwa merokok (atau minum alkohol terlalu banyak) berbahaya bagi kesehatan, tetapi mereka tetap melakukannya. Tindakan ini dirasionalisasi dengan menunjukkan tingkat stres atau alasan lain untuk mendasarinya.
  • Ingin menabung, tetapi cenderung menghabiskan uang ekstra segera setelah mendapatkannya. Orang menyesali keputusan ini di kemudian hari, seperti saat memiliki kebutuhan tidak terduga dan tidak memiliki uang untuk memenuhinya.
  • Memiliki daftar tugas yang panjang, tetapi malah menghabiskan waktu untuk menonton dan berleha-leha.

Penyebab Disonansi Kognitif

Penyebab disonansi kognitif. (Sumber: freepik.com)

Disonansi kognitif muncul bukan tanpa alasan. Terdapat sejumlah situasi berbeda yang dapat menciptakan konflik yang mengarah pada disonansi kognitif.

Kepatuhan yang Dipaksakan

Terkadang orang melakukan sesuatu yang bertentangan dengan keyakinan sendiri karena ekspektasi eksternal di tempat kerja, sekolah, atau dalam situasi sosial. Hal ini bisa jadi melibatkan tekanan teman sebaya atau keharusan melakukan sesuatu di tempat kerja untuk menghindari dipecat.

Baca Juga:Efek Kurang Tidur, Kamu Bisa Alami 6 Gangguan Mental IniJangan Abai! Kurang Tidur Bisa Pengaruhi Kesehatan Mental

Apa yang dilakukan bukanlah dorongan pribadi sesuai dengan prinsip yang keyakinan sendiri, melainkan sebagai bentuk kepatuhan terhadap aturan tertentu.

Informasi Baru

Terkadang, mempelajari informasi baru dapat menyebabkan perasaan disonansi kognitif. Misalnya, jika orang terlibat dalam perilaku yang kemudian dipelajari sebagai sesuatu yang berbahaya, hal itu dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman.

Orang kadang menghadapi hal ini dengan menemukan cara untuk membenarkan perilaku mereka atau mencari cara untuk mendiskreditkan atau mengabaikan informasi baru.

Keputusan

Orang-orang membuat keputusan, baik besar maupun kecil, setiap hari untuk berbagai konteks. Saat dihadapkan pada dua pilihan yang serupa, orang sering merasa kesulitan dan tidak nyaman karena kedua pilihan tersebut sama-sama menarik.

Namun, ketika pilihan sudah dibuat, orang perlu menemukan cara untuk mengurangi perasaan tidak nyaman ini. Akibatnya, mereka memilih untuk membenarkan pilihannya untuk membuat diri mereka percaya bahwa mereka telah membuat keputusan yang tepat.

0 Komentar