Guo Borgol

Guo Borgol
Ilustrasi bank di Amerika Serikat kolaps.-Ilustrasi: Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
0 Komentar

Propaganda seperti itu sangat memuaskan emosi orang Tionghoa di Amerika yang anti komunis. Guo tahu itu. Sadar itu. Medsos milik Guo diikuti jutaan orang. Mulai dari Instagram sampai Facebook dan podcast-nya. Begitu sering Guo dan Bannon saling mengundang di podcast masing-masing.

Kesadaran baru Guo itu memberi inspirasi pada jiwa dagangnya. Massa pengikut itu bisa jadi sumber pendanaan bisnisnya. Maka Guo mendirikan bisnis media dan crypto. Ia menggalang dana dari masyarakat. Terkumpullah dana sebesar USD 1 miliar. Sekitar Rp 15 triliun.

Guo membeli apartemen Penthouse di Manhattan. Membeli Lamborghini. Bugatti. Ferrari. Kapal pesiar. Membayar fee konsultasi dalam jumlah besar ke Bannon.

Baca Juga:Pekerja KITB Tewas Bunuh Diri di Dalam Kamar KontrakanPuluhan Korban Penipuan Jasa Travel Haji dan Umroh Mengadu ke Polres Batang

Sebagian orang Tionghoa di Amerika mulai mencurigai Guo. Mereka mulai mempersoalkan moralitas Guo. Banyak pula yang kemudian membongkar borok Guo. Lewat medsos.

Tercatat sampai 5.500 orang Tionghoa Amerika yang menyetor uang ke lembaga milik Guo. Antara USD 1.000 sampai USD 100.000. Semacam pembelian saham. Mereka itu yang kini merasa tertipu oleh Guo. Lalu menghujat Guo.

Mereka yang mengkritik Guo itu lantas dijadikan musuh. Mereka diberi gelar oleh Guo sebagai pengkhianat. Guo pun menyerang mereka lewat medsos. Lalu kirim pendemo ke rumah-rumah mereka. Salah satu pendemo itu, menurut media di Amerika, balik menyerang Guo. Alasannya: janji dapat bayaran setelah demo tidak dipenuhi.

Penggalangan dana Guo itu dianggap ilegal. Badan pengawas pasar modal di sana menjatuhi Guo denda sangat besar: lebih USD 530 juta.

Guo sendiri belakangan bertengkar dengan Bannon. Saling gugat di pengadilan. Soal uang yang tidak dibayarkan.

Terakhir, bulan lalu, Guo ditangkap. Di apartemen mewahnya di Manhattan. Ia diborgol. Dimasukkan tahanan.

Beberapa jam kemudian ada kebakaran di apartemen mewahnya.

Guo lari dari Beijing tahun 2014. Tidak lama setelah Xi Jinping berkuasa. Penguasa baru itu melancarkan gerakan antikorupsi besar-besaran. Xi melihat Tiongkok sudah terlalu jauh menyimpang dari ideologi komunisme. Kapitalisme sudah berlebihan –dengan bumbu penyedapnya: korupsi.

Baca Juga:Perhatikan! Jemaah Haji Dilarang Merokok di Kawasan Masjid NabawiPerumda Air Minum Sendang Kamulyan Dukung Upaya Kodim Entaskan Stunting

Beberapa konglomerat ditangkap. Yang kooperatif dibedakan dengan yang keras kepala. Apalagi yang sampai melarikan diri. Guo pilih melarikan diri. Bisnis real estate-nya, salah satu yang terbesar di Tiongkok, ia tinggalkan. Bersama dengan utang raksasanya di bank milik negara.

0 Komentar