JAKARTA, RADARPEKALONGAN.ID – Dalam data Kemdikbudristek, Indonesia kekurangan guru. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung sampai 1 juta guru. Jumlah yang sangat besar.
Bisa dibayangkan, siswa bertambah terus, dipastikan, jumlah kekurangan guru diprediksi akan terus meningkat di masa mendatang. Marsaria Primadonna, Ketua Kampus Guru Cikal mengajak generasi muda agar mau dan suka untuk jadi guru.
Masalah terbesar kita, lanjut Pima –sapaan akrab Marsaria Primadonna–, kaum muda jarang yang mau jadi guru. Guru dianggap kurang sejahtera dan tidak menarik. Padahal kalau difahami lebih dalam, menjadi guru itu menyenangkan.
Baca Juga:6 Alasan Mengapa Anak Anda Harus Sekolah di SMPIT Assalaam Pekalongan7 Alasan Mengapa Anak Harus Sekolah di SDIT Ulul Albab Kota Pekalongan
Menuut Pima, adakalanya guru pasti selalu tidak sabar untuk bertemu dengan murid-muridnya. Mendengarkan berbagai keluhan dan pandangan mereka, melihat aktivitas mereka, hingga mengamati perkembangan murid. Itu adalah sesuatu yang membahagiakan dan menyenangkan.
Dari sisi karier, guru memiliki peluang yang besar. Ada banyak pilihan karier lain yang bisa ditekuni guru berupa karir protean. Apakah menjadi guru penulis, guru content creator, guru asesor, dan masih banyak lainnya yang bisa dilakukan asal kreatif.
Sudah tentu karier protean tersebut jangan beban karena ada pekerjaan tambahan. Justru kompetensi di luar kelas tersebut akan bisa berdampak pada kompetensi mengajar murid. Dapat uang juga dapat ilmunya.
Satu hal yang harus dicatat, guru adalah profesi yang tidak akan tergantikan oleh teknologi. Memang perlu kompetensi berbeda agar bisa mengajar murid-murid era sekarang di abad ke-21 ini.
Menurut Pima, guru abad ke-21 harus merdeka belajar atau berpihak pada murid, memiliki kompetensi merancang kurikulum yang berorientasi pada keperluan murid, dan sudah tentu harus cerdas digital.
Yang harus dicatat, menjadi guru yang cerdas digital bukan sekadar memiliki kemampuan menggunakan bermacam-macam aplikasi. Substansinya, mampu mengintegrasikan teknologi, pedagogi, dan keahlian subjeknya untuk membuat strategi pembelajaran di kelas.
“Mengajar di abad ke-19 dengan sekarang tidak bisa disamakan. Di Kampus Guru Cikal, diselenggarakan program Ayo Jadi Guru. Dalam program ini kami ajak kawula muda, dengan latar pendidikan beragam, yuk jadi guru dengan kompetensi abad ke-21. Kita ciptakan pembelajaran yang merdeka di ruang-ruang kelas,” tukasnya.