Kenaikan Harga Komoditas Pangan Masih Membayangi, Gencarkan Produksi Tanaman Pangan Cepat Panen

Tanaman Pangan Cepat Panen
KETAHANAN PANGAN - Plt Kepala Dispaperta Batang, Wahyu Budi Santoso, mengajak masyarakat untuk menanam tanaman cepat panen guna memperkuat ketahanan pangan di tengah tren kenaikan harga komoditas pangan.
0 Komentar

BATANG – Pemerintah Kabupaten Batang mendorong masyarakat, khususnya petani untuk menggencarkan program tanaman pangan cepat panen dengan memanfaatkan pekarangan yang kosong. Hal ini sebagai upaya membentuk ketahanan pangan terutama di tengah tren kenaikan harga komoditas pangan serta lanjut inflasi yang belum terkendali.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Batang, Wahyu Budi Santosa mengatakan, bahwa dengan adanya kenaikan harga pangan di pasaran, seyogyanya warga bisa secara mandiri memenuhi kebutuhan pangan dengan memanfaatkan pekarangan kosong untuk menanam tanaman pangan cepat panen seperti cabai, pisang, sayuran, maupun tanaman jenis palawija.

“Keuntungan dengan memanfaatkan pekarangan kosong tersebut maka masyarakat dapat menjual hasil panen palawija maupun sayuran serta untuk memenuhi kebutuhan pangan sendiri. Hal ini, tentunya bisa membantu menstabilkan harga kebutuhan pokok sekaligus menekan inflasi,” ungkap Wahyu, Jumat (7/10/2023).

Baca Juga:Puncak Peringatan Maulid Akbar di Kanzus Sholawat Digelar 22 OktoberLapas Kelas IIA Pekalongan Gelar Peringatan Maulid Nabi

Menurut dia, dengan menanam tanaman cabai, pepaya maupun jenis palawija, maka para petani akan lebih cepat panen dibanding menanam padi yang membutuhkan waktu sekitar 3,5 bulan.

“Dengan cara memilih menanam tanaman cepat panen ini akan menjadi solusi untuk ketahanan pangan, karena kebutuhan konsumsi masyarakat di daerah ini masih sangat tinggi,” ujarnya.

Menurut Wahyu Budi Santosa, gerakan menanam tanaman jenis sayuran, buah-buahan, maupun jenis palawija merupakan upaya awal untuk meningkatkan ketahanan pangan di daerah, sekaligus mengatasi inflasi.

“Oleh karena itu, satgas ketahanan pangan, kami minta harus bekerja lebih keras karena komoditas yang terdampak adalah tanaman padi yang lahannya sudah beralih fungsi,” katanya.

Ia menambahkan, Kabupaten Batang merupakan satu-satunya daerah yang sudah 100 persen memakai kartu tani meski di sini bukan proyek percontohan (pilot project) di Indonesia. (fel)

0 Komentar