Kongres Pemuda 1928 sebagai Pondasi Persatuan Identitas Bangsa

Kongres Pemuda 1928 Sebagai Pondasi Persatuan Identitas Bangsa
Kongres Pemuda 1928 Sebagai Pondasi Persatuan Identitas Bangsa (Freepik)
0 Komentar

RADARPEKALONGAN.ID – Setiap tanggal 20 Oktober sebagai hari Sumpah Pemuda yang merupakan peristiwa besar. Kongres Pemuda 1928 sebagai pondasi persatuan identitas bangsa. Ribuan suku, bahasa, agama bersedia bersatu dalam identitas Indonesia.

Naskah Kongres Pemuda (Twitter/@SejarahRI)

Nusantara Abad ke-15

Bangsa Indonesia pada abad ke-15 belum dikenal, di kepulauan nusantara ditinggali banyak suku, bangsa dan identitas masing masing.

Suku Minangkabau, Minahasa, Ambon, Jawa, Sunda, Banjar dan lain lain. Wilayah Nusantara terbagi dari beberapa kerajaan menganut agama Hindu, Budha dan Islam.

Baca Juga:Mengenal Gangguan Setan kepada ManusiaMembangun Semangat Kemerdekaan dari Pertempuran 10 November 1945

Seperti kerajaan Banten, Mataram, Ternate, Tidore, Goa, Talo, Bone, Bali dan lain lain. Pasang surut kekuasaan menjadikan kerajaan saling kerja sama bahkan bersaing.

Kepulauan Nusantara sangat strategis karena asil bumi yang bernilai perdagangan Internasional seperti cengkeh, lada, pala, kopi, teh dan lain lain.

Masa Penjajahan Belanda

Perdanganan Eropa terutama Belanda mendirikan VOC sangat berhasrat ingin monopoli perdangan cengkeh, lada dan pala.

Melakukan pendekatan perdagangan dan penaklukan kekuatan militer bahwakan menggunakan politik adu domba.

VOC memanfaatkan perpecahan, persaingan dan konflik antar kerajaan. Perlahan lahan kedaulatan raja berkurang.

Berawal dari perjanjian dagang berakhir menjadi kaki tangan VOC. Belanda menindas bangsa Indonesia dengan praktek kerja paksa, kerja rodi, tanpa upah.

Menyedihkannya Gubernur Jenderal Hindia Belanda Deandeles tahun 1907-1810 menetapkan membangun jalan dari Anyer sampai Penarukan.

Baca Juga:Inilah Ragam Penyebab Ketombe dan Cara Mengatasinya dengan mudahDijamin Ampuh! Cara Mengatasi Ketombe dengan Bahan Alami, Apa Saja?

Belanda menerapkan tanam paksa komoditi ekspor seperti cengkeh, kopi, teh, tembakau, tebu dan lain lain.

Hasil pertanian wajib dijual ke Belanda, tetapi dibeli dengan harga rendah dan menyiksa rakyat. Bagi yang tidak memilik tanah, rakyat wajib bekerja selama 75 hari sebagai gantinya.

Gerakan bawah tanah seperti perang Ambon, perang Sumatera Barat, perang Diponegoro, perang Aceh, perang Bali melawan penjajah namun semua itu gagal.

Dikarenakan perlawanan warga pribumi terpecah pecah, perlawanan terjadi di berbeda tempat dalam kurun waktu tertentu dan Belanda memiliki keunggulan Teknologi persenjataan yang sangat jauh kala itu.

Upaya mempersatukan Identitas bangsa

Kekejaman sistem tanam paksa ini mendorong toko parlemen di Belanda menyuarakan kesejahteraan orang pribumi.

0 Komentar