Prihatin Kasus Pencabulan di Batang dengan 14 Korban, Maulana Yusup: Jangan Sampai Ada Fobia Pesantren

Kasus pencabulan di Batang
Ketua DPRD Batang, Maulana Yusup saat menghadiri peresmian Rumah Sakit NU di Limpung, Februari lalu.
0 Komentar

RADARPEKALONGAN.ID – Kasus pencabulan dan persetubuhan yang dilakukan seorang seorang pengasuh pondok pesantren di Desa Wonosegoro, Kecamatan Bandar, mengundang keprihatinan banyak pihak, termasuk DPRD Kabupaten Batang. DPRD berharap kasus pencabulan di Batang yang kembali biki geger ini tidak sampai menjadikan masyarakat fobia dengan pesantren.

Karena itu, DPRD Batang mendukung penuh agar penanganan kasus kekerasan seksual di lembaga pendidikan ini bisa dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan seluruh stakeholder yang terkait dan memang membidangi masalah tersebut.

Pernyataan itu disampaikan langsung Ketua DPRD Batang, H Maulana Yusup, kepada Radar Pekalongan, Kamis (13/4/2023) petang. Dia mengaku prihatin bahwa kasus kekerasan seksual masih saja berulang terjadi di Kabupaten Batang.

Baca Juga:[PUISI] MASA DEPANKU[PUISI] ITU KAMU

“Sebagai orang tua, sebagai Ketua DPRD, jelas kita prihatin dengan masalah ini. Apa yang dialami belasan santri sebuah pondok pesantren ini menambah daftar tentang betapa rentannya anak-anak terhadap kekerasan seksual, bahkan di sebuah lembaga pendidikan sekalipun. Ini perlu menjadi catatan bagi kita semua yang peduli dengan nasib anak-anak kita,” ungkapnya.

Berulang Kasus Pencabulan di Batang

Seperti diketahui, sebelumnya dua kasus pencabulan di Batang juga sempat menggegerkan publik, tidak hanya di Batang tetapi juga nasional. Yang pertama kasus pencabulan di sebuah SMP di Kecamatan Gringsing dengan korban puluhan siswa oleh gurunya sendiri, menyusul kasus serupa di Kecamatan Batang yang dilakukan seorang guru rebana dengan puluhan korban pula.

“Dari tiga kasus pencabulan di Batang ini, benang merahnya satu, dan ini sering disampaikan para ahli. Bahwa kasus kekerasan seksual seringkali dilakukan oleh orang-orang yang dekat dan dikenal korbannya, orang-orang yang justru semestinya melindungi. Pun bahkan dilakukan di lingkungan pendidikan yang semestinya aman bagi siswa atau santri. Inilah sisi kompleksnya kasus kekerasan seksual sekaligus potensinya yang bisa saja menjadi gunung es,” jelas politisi muda PKB ini.

0 Komentar