PUISI-PUISI ITA PUSPITA SARI

PUISI-PUISI ITA PUSPITA SARI
0 Komentar

Jangan merawat sepikudan membiarkannya menyusu dalih tanpa titik koma ituBerhenti membangun jembatan yang menghubungkan pintu keyakinandengan gedung masa silamkelak kita tak bisa lebih jauh lagi melintasibahkan sebelum sampai di ujung paling api.

Pernikahan bukan hanya tumbal dari kesepianUntuk mengkhusyuki ijab qabul kau butuh kesiapanTapi ujung lidahmu masih saja kailMenangkap ikan-ikan lain dengan geliat cacing selicin inginSedang perutku masih rakus kosakataBerebut tulus yang umpan, berebut hilang yang jejal.

Kenangan lanskap di mataku-matamuAgar kita sama-sama bisa merawat rebak kesunyianDan melupakan dari mana asal kepastian yang gemar menolak rencanaSebab takdir selalu biru di masing-masing lahannyaIni cemas bagimu, dan dosa bagiku.Lalu kita iman pada keduanya.

Kombung, 2022

Meraba Tangis Emak

Baca Juga:Belajar dari Houtman Zainal Arifin, Office Boy yang Sukses jadi CEO CitibankPuisi Hujan Agus Widiono

Kerap aku dikejutkan oleh suara dari luar kesadaranPadahal malam lebih diam dari kamarCemas mulai keluar masuk di telingaBersalipan dengan sesak tanya.

Dini hari seperti ingin membunuhmu, Mak.Ia menyerang kakimu yang hampir tak berfungsiTapi tetap kau paksa seimbangi kedua telapaknyaDemi membawa lari bunyi surga untukku.

Kesiap bulu kuduk berdiriTangis Emak menjadi-jadiMengalun deras dari lisannya,“Duh, Gusti..” “Duh, Gusti..’

Jember, 2022

Marigold

Mekarlah sekuning matahariSampai kau lupa bahwa bermula dari sekuncup duriAtaukah muasal pedihmu memang tumbuh dari tanah lapangyang menyimpan benih ketakutanSementara do’a katak selalu terdengar kuping awanIa pinta kesedihan dilarungkanSuburkan kelopak matamu di sanaSebagai mekar tabah rahasia.

Betapa menyesal tangan seseorangSelepas memetik tubuhmu yang aibSegala indra mengenalmu sebagai bau pesing dan anyirSampai mereka tak bisa membedakanDari mana tercium aroma begitu memabukkanDari kuning hatimu atau dari kering hatinya.

Kombung, 2022

0 Komentar