3 Tradisi Syawalan yang Unik di Kabupaten Pekalongan, Sayang untuk Dilewatkan

tradisi syawalan yang unik di kabupaten pekalongan
Selain kirab gunungan nasi megono di OW Linggoasri, masyarakat Desa Ambokembang punya tradisi syawalan yang unik. Yakni gebyar gethuk lindri terpanjang (Hadi Waluyo).
0 Komentar

RADARPEKALONGAN.ID – Ada 3 tradisi Syawalan yang unik di Kabupaten Pekalongan. Sangat disayangkan jika melewatkannya. Karena tradisi syawalan ini hanya digelar tujuh hari setelah Hari Raya Idul Fitri.

Warga berebut gunungan nasi megono dan gunungan hasil bumi saat tradisi syawalan kirab gunungan nasi megono di OW Linggoasri (Hadi Waluyo)

Setiap daerah memiliki tradisi syawalan yang berbeda-beda. Ada 3 tradisi Syawalan yang unik di Kabupaten Pekalongan. Puncak tradisi Syawalan dipusatkan di Obyek Wisata Linggoasri dengan kirab gunungan megono.

Baca Juga:12 Tips Menghadapi Dampak Jelek Orang yang Hasad6 Cara Menghilangkan Hasad dari Diri Sendiri, Agar Tak Binasa karena Dengki

Selain gunungan nasi megono, ada dua tradisi syawalan yang unik di Kabupaten Pekalongan. Yakni Gebyar Syawalan Gethuk Lindri di Gang 9 Desa Ambokembang, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, dan masyarakat Kelurahan Pekajangan Gang 20 dan 18 membuat gunungan jajanan gebral.

Tradisi Syawalan yang Unik di Kabupaten Pekalongan

Berikut 3 tradisi Syawalan yang unik di Kabupaten Pekalongan yang dihimpun Radarpekalongan.id:

  1. Gebyar Syawalan Gethuk Lindri

Perayaan Gebyar Syawalan Gethuk Lindri ini sempat vakum selama dua tahun, yakni tahun 2020 sampai 2021 akibat adanya pandemi Covid-19. Tradisi ini diselenggarakan oleh masyarakat Desa Ambokembang, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, sejak tahun 2012.

Warga siap berebut gethuk lindri terpanjang saat tradisi syawalan di Desa Ambokembang Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan (Hadi Waluyo)

Pada tahun 2018, tradisi Gebyar Syawalan Gethuk Lindri masuk dalam catatan Muri sebagai pembuatan gethuk lindri terpanjang. Gethuk tersebut dibuat dengan panjang 350 meter. Tak heran gethuk ini membentang dari depan Gang 9 Ambokembang sampai depan Ponpes Miftahul Ulum.

Proses pembuatan gethuk membutuhkan waktu dua hari. Bahan baku utamanya berupa singkong 1,5 ton dan kelapa 350 butir. Semua bahan digiling secara detail hingga jajanan lokal gethuk ini jadi dan mulus. Proses penggilingannya membutuhkan waktu satu malam. Proses penggilingan gethuk ini melibatkan warga satu RT atau sekitar 100 orang.

Filosofi gebyar gethuk lindri merupakan salah satu cara untuk mengangkat makanan tradisional khas Jawa.

Baca Lagi:Perayaan Syawalan Lopis Raksasa Krapyak akan Digelar 29 April 2023

  1. Gunung Gebral di Pekajangan Gang 20
0 Komentar