Zaytun Simanullang

Zaytun Simanullang
Wartawan Radar Indramayu Adun Sastra (kanan) dan Syech Panji.-Radar Indramayu-DNN-
0 Komentar

“Persoalan NII sudah selesai tahun 1962,” ujar Panji Gumilang suatu saat.

Saya pun salah sangka. Saya kira Syech Panji Gumilang itu orang Sunda. Saking seringnya dikaitkan dengan gerakan Islam di Jabar itu.

Penyebab salah sangka lainnya: saya pikir Panji Gumilang itu nama Sunda. Seperti, misalnya, Adun Sastra.

“Anda ini bagaimana,” ujar Syech Panji lantas tertawa.

“Nama gubernur Jatim yang legendaris yang tokoh Madura itu kan Raden Panji Muhammad Noer,” tambahnya.

Baca Juga:Berusia 56 Tahun, Tiga Perangkat Desa di Batang Dapat Uang Puluhan Juta dari Program JHTRekor Laba

Soal NII itu memang selalu muncul kembali setiap menjelang Pemilu. Di zaman Orde Baru. Seperti soal PKI di zaman ini.

Banyak tokoh Islam, pun kelas kecamatan, yang orientasi ideologinya NII ditangkapi. Banyak orang Islam takut. Golkar pun selalu menang mutlak.

Yang paling dramatis adalah munculnya Komando Jihad yang dipimpin Haji Ismail Pranoto. Ia ditangkap. Ketika diadili di Surabaya, Hispran, nama panggilannya, mengaku polos: sehari-sehari ia berkantor di Bakin (Badan Koordinasi Intelijen Negara). Ruang kerjanya di sebelah ruang kerja Kepala Bakin Ali Murtopo.

Tidak hanya itu. Syech Panji juga sering diisukan sebagai berpaham Wahabi. Ia tertawa-tawa disinggung soal itu.

“Berarti saya ini Wahabi yang rajin ziarah ke makam,” guraunya.

Hampir tiap bulan Syech Panji ke makam ayah-ibunya di Dukun. “Saya kan tidak bisa lagi mengabdi ke orang tua. Yang bisa saya lakukan adalah mendoakan,” katanya.

Bahkan keluarga besarnya di Dukun, yang selama ini tidak mau ziarah ke makam, kini ikut dirinya ke makam.

Maka Idul Fitri tahun ini hebohnya dua kali. Heboh hari Lebarannya dan heboh salat di Al-Zaytun yang ramai itu.

Kenapa baru tahun ini salatnya berjarak? Kenapa tidak sejak dulu-dulu?

Baca Juga:Korban Sodomi Guru Ngaji di Wonotunggal Batang Bertambah Menjadi 13 OrangSiang Bolong, Pria Paruh Baya Tewas di Lokalisasi Bong Cino

“Dulu masjid kami masih kecil. Hanya 30 x 30 meter,” katanya. “Sekarang masjid kami besar, 100 x 100 meter. Enam lantai,” tambahnya.

Berarti luas bangunan masjid baru itu 1 hektare. Kalau enam lantai berarti 6 hektare. Itu digunakan untuk pembelajaran anak didik.

Baik soal wanita, soal jaga jarak dan soal non-Muslim ikut masuk masjid Syech Panji punya dalil yang ia pegang.

0 Komentar