Apakah kedekatan relasi laki-laki dan perempuan melulu berujung tuntutan status ikatan? Tidak mungkinkah dua anak manusia terhubung dalam kualitas saling mengagumi, saling menyayangi, saling bersimpati dan peduli, saling berkorban satu sama lainnya tanpa harus menuntut status ikatan yang jelas dan tegas. Bagi yang menolak hal ini, mungkin ada baiknya mengenal dan memahami konsep cinta ala Plato, atau lazim disebut cinta platonis atau platonik, yang tak melulu harus terikat status apalagi nafsu seksual.
Dalam kehidupan modern saat ini di mana manusia dituntut berpikir materilistik, kebendaan, transaksional, cinta platonik tentu saja tak populer, bahkan bisa saja dimusykilkan. Ada ungkapan, sedekat apapun relasi seorang laki-laki dan perempuan, ia tak mungkin menjadi closefriend, bestie. Karena kedekatan itu selalu bertendensi, dan pada dasarnya bersyarat.
“Paling ujung-ujungnya salah satu atau dua-duanya menuntut kejelasan status. Ya simpelnya minta pacaran, kalau serius dikit ya minta nikah.” Begitu ungkapan sebagian orang terhadap kedekatan spesial laki-laki dan perempuan. Selayaknya barang, hubungan itu statusnya harus jelas dan tegas. Jangan samar, jangan mengambang, nanti salah satu dirugikan. Atau dalam cinta, salah satu harus menanggung kesakitan. “Baru kusadari, cintaku bertepuk sebelah tangan. Kau buat remuk seluruh hatiku….” Begitu lirik lagu “Pupus” nya Dewa 19 yang masih masyhur sampai saat ini.
Baca Juga:Dianggap Berkontribusi bagi Kemajuan Kendal, Tujuh Figur Ini Diganjar Bupati Award 2022Wah, 6.067 Buruh di Kendal Dapat BLT DBHCHT Rp 1,2 Juta
Kenapa bisa muncul rasa sakit dan kecewa? Ya karena kepemilikan atau posesivitas (materialistik). Semakin Anda posesif, semakin besar peluang untuk merasakan sakitnya. Karena konsep posesif pula kita mengenal makna kehilangan, dan jelas itu menyakitkan. Apakah ini normal? Ya boleh jadi, karena manusia sendiri digambarkan Tuhan juga berrtabiat materialistik.
Gambaran kualitas surga yang melampaui imajinasi itu adalah tempat yang sejuk, dengan sumber air yang melimpah. Mengalir di bawahnya sungai-sungai. Ada sungai madu, susu, dan lainnya. Kenapa? Karena mungkin Alquran diturunkan di jazirah Arab yang sejak purba dikenal sebagai lautan padang pasir, oase adalah surga.
Apa Itu Cinta Platonis?
Meski pikiran manusia yang materistik itu normal, tetapi ini tak menghilangkan kemungkinan lain soal adanya kualitas hidup dan cinta yang tidak melulu terpaku pada yang begitu-begitu. Ya salah satunya cinta platonis ini. Merujuk pada kata, istilah platonis sendiri memang berakar pada Plato, sang filusuf besar Yunani, gurunya Aris Toteles. Dia pernah menyebutkan sebuah konsep hubungan cinta yang tak melibatkan unsur birahi atau nafsu seksual. Tentu saja istilah platonis bukan keluar dari mulut Plato, tetapi orang-orang setelahnya lah yang merumuskannya.