Dari sekian banyak masalah kompleks yang ada di dunia, patah hati jadi salah satunya. Walau waktu bisa menyembuhkan luka, belum tentu waktu bisa mengembalikan apa yang sudah menjadi kepingan.
Akumulasi dari emosi yang terbentuk pada saat patah hati adalah hal yang sulit untuk dihadapi bagi sebagian orang. Rasa kehilangan, duka dan sedih, marah, bingung, tak hanya bisa berakibat pada terganggunya kesehatan mental, tapi juga kesehatan fisik.
Guy Winch, dari pembicaraan How to Fix a Broken Heart mengatakan bahwa patah hati bisa berakibat insomnia, overthinking, pikiran terganggu, menurunnya sistem kekebalan tubuh, bahan 40% penderita mengalami depresi klinis.
Baca Juga:Sadari Ini! Emotional Numbness Buatmu Merasa Hampa dan Mati RasaTetapkan Personal Boundaries, Capai Level Kenyamananmu
Maka dari itu, waktu saja tidak cukup untuk mengikis perasaan sakit akibat patah hati. Butuh perjuangan untuk mengumpulkan kembali kepingan-kepingan yang pecah dan menyatukannya kembali.
Patah Hati Bisa Lebih Rumit dari yang Kita Pikirkan
Banyak yang mengira bahwa patah hati adalah kondisi seseorang yang tengah galau akibat diputus oleh sang pacar. Walau memang benar, tapi hal memiliki banyak sebab. Dan akibatnya bisa berujung pada galau berhari-hari, tidak mau makan, sulit tidur, menangis, rasanya sulit sekali hidup setelah hati ini patah.
Kehilangan seseorang yang dianggap berharga, kehilangan pekerjaan, dikhianati, bahkan hanya karena dibentak atasan, seseorang bisa merasakan patah hati.
Tolak ukur kesedihan bagi tiap orang berbeda-beda, dan cara mengatasinya pun juga berbeda.
Efek Patah Hati Pada Kesehatan Fisik
Manusia secara mental dan fisik bisa dibilang terpisah, namun keduanya memiliki sinergi yang sana unutk berfungsi secara baik dalam waktu yang sama. Jika salah satunya kehilangan fungsi, maka sisi satunya lagi akan terdampak secara buruk. Hal ini berlaku pada kasus patah hati.
Otak yang masih belum bisa menerima kenyataan dan terus kembali pada masa lalu akan kesulitan untk berpikir rasional. Pesan lama, foto, pikiran bahwa sesuatu yang hilang akan kembali, bekerja bagai narkoba bagi otak. Adiktif dan destruktif.
Pemahaman otak terhadap alasan-alasan yang menyebabkan terjadinya patah hati juga berpengaruh pada kemampuan untuk move on. Remakin remeh alasan, semakin sulit untuk diterima, semakin sulit pula seseorang untuk move on.