Saat terjadi pertikaian dalam hubungan, mau itu asmara, pertemanan atau dalam keluarga, mendiamkan sering jadi cara untuk menjauh dari atmosfer yang tidak mengenakkan.
Sikap mendiamkan atau sering dikenal dengen istilah silent treatment ini biasa dilakukan atas dasar untuk menenangkan diri serta meredakan emosi. Namun yang menjadi masalah adalah, perlakuan ini berlangsung sangat lama, yang justru bisa memperpanjang masalah.
Tidak hanya konflik dengan orang lain, silent treatment juga bisa terjadi pada orang-orang yang bergelut dengan pikirannya sendiri. Kediaman ini merupakan hasil dari tekanan serta stres dari masalah yang tengah dihadapi.
Baca Juga:5 Perbedaan Materialistis dan Realistis, Cara Memandang Uang sama dengan CintaMenilik 7 Cara Meningkatkan Produktivitas
Definisi Silent Treatment
Sifat mendiamkan ini adalah perilaku di mana seseorag menolak untuk melakukan komunikasi secara verbal pada orang-orang disekiarnya dan tidak hanya berpatok pada hubungan asmara saja. Target silent treatment dari konflik yang tidak terselesaikan bisa saja menyerang teman, rekan kerja, bahkan hingga anak dan orang tua.
Selain menolak untuk berkomunikasi, pelaku “ingin mendiamkan” biasanya juga menolak kehadiran orang lain. Tak hanya untuk menjauh dari masalah dan menghindari konflik lebih jauh, perilaku ini juga dilakukan untuk memberi kode pada orang lain bahwa mereka salah dan harus minta maaf.
Dampak Silent Treatment
Seperti yang sudah disinggung di atas, silent treatment sering kali dilakukan untuk menghindari konflik serta masalah yang akan muncul berikutnya. Namun bukannya terpecahkan, masalah justru akan semakin membesar dan tidak terkontrol. Karena mendiamkan masalah sama saja dengan mengundur pemecahan masalah.
Selain itu, silent treatment juga bisa berdampak pada psikologis dari korban yang menerima perlakuan ini. Karena kerapkali pelaku silent treatment melakukan hal ini untuk memanipulasi orang lain.
Secara tidak langsung, perilaku mendiamkan ini akan merasa bingung, tertolak, sakit hati, hingga menurunkan harga diri. Hal lain dari perilaku toxic ini adalah korban bisa merasa mereka selalu salah dan perlu minta maaf terus menerus, membuat mereka merasa tidak berharga, tidak berguna, dan tidak dicintai. Ini merupakan salah satu sifat pasif-agresif untuk mengontrol seseorang.