Hikikomori merupakan istilah yang berasal dari Negara Matahari Terbit yang merujuk pada perilaku penarikan diri dari kehidupan sosial. Orang mungkin tidak menyadari tanda hikikomori, karena hal tersebut seolah normal bahwa seseorang ingin menghabiskan waktu sendirian. Akan tetapi, masalah ini bisa menjadi serius.
Penarikan sosial atau hikikomori di tingkat ekstrem dapat dikaitkan dengan perasaan malu, rendah diri, dan takut ditolak. Selain itu, kurangnya interaksi sosial dapat menyebabkan perasaan kesepian, isolasi, dan masalah kesehatan fisik, kognitif, hingga mental.
Penarikan sosial juga melibatkan menghindari orang dan aktivitas yang sebelumnya dinikmati. Hikikomori ini dapat berada di tingkat keparahan tertentu, dari keterlibatan sosial yang terbatas hingga isolasi total.
Baca Juga:Insecure Attachment Style: Kesalahan Pola Asuh Anak yang Menyebabkan Rasa Ketidakamanan dalam HubunganHubungan Penuh Rasa Cemas Karena Anxious Attachment, Kenali Penyebab dan 4 Cara Mengatasinya
Untuk mengenali perilaku ini dengan lebih jelas, berikut merupakan tanda-tanda yang biasanya terjadi pada seseorang yang melakukan penarikan diri secara sosial.
Lebih Betah Beraktivitas di Dalam Rumah
Seseorang dengan perilaku hikikomori cenderung memsusatkan aktivitasnya di dalam rumah. Mereka hampir selalu memilih rumah ketika ia disandingkan dengan pilihan tempat untuk beraktivitas lainnya.
Orang dengan perilaku ini lebih betah berada di rumah, terutama di ruang privat seperti kamarnya sendiri. Aktivitas harian yang biasa mereka lakukan sangat jauh dari hubungan dengan orang lain, seperti menonton, bermain game, tidur dalam waktu lama, membaca buku, dan lainnya.
Pada tingkat tertentu, mereka bahkan menghindari interaksi dengan penghuni rumah lainnya, termasuk keluarga.
Tidak Tertarik dengan Dunia Luar
Tidak peduli betapa orang lain menceritakan hal yang menyenangkan tentang dunia luar, orang dengan perilaku hikikomori tetap tidak tertarik. Dia tidak terganggu dengan unggahan di sosial media di mana orang-orang melakukan kegiatan kepemudaan, sosial, bahkan sekadar bersenang-senang.
Mereka justru merasa takut dan cemas bertemu dengan orang lain, terlebih karena mereka tidak menjalin hubungan yang akrab dengan siapa pun.
Hal ini menunjukkan bahwa ketidaktarikannya menjalin hubungan dengan orang lain membuat mereka tidak tertarik juga dengan lingkungan sekitar. Mereka cenderung merasa lebih nyaman jika tidak terlibat dengan apa pun yang terjadi di lingkungan sosial.