Menangis saat bahagia bukanlah hal yang asing. Kamu mungkin pernah menemui orang yang justru menitikkan air mata saat dia sedang bahagia, atau mungkin kamu menjadi salah satunya. Ternyata, ada penjelasan mengapa hal ini bisa terjadi, loh!
Menangis sering kali diasosiasikan dengan emosi yang negatif, seperti kemarahan, frustrasi, atau kesedihan. Ketika berbicara tentang kebahagiaan, orang cenderung tidak mengaitkannya dengan air mata. Akan tetapi, air mata bahagia atau menangis saat bahagia bukanlah hal yang baru.
Banyak orang yang menangis saat bahagia, terberkati, atau bersemangat untuk sesuatu. Jadi, jika kamu merupakan salah satu di antara mereka yang menangis saat merasakan emosi positif, ketahuilah bahwa kamu tidak sendiri.
Baca Juga:6 Emosi Dasar Manusia Mampu Tentukan Kebiasaan HarianTidak Bisa Mengelola Emosi dengan Baik, Ini 8 Tanda Emotional Intelligence yang Rendah
Dalam sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2018, 68% partisipan dalam studi tersebut melaporkan bahwa kebahagiaan atau hal-hal positif lainnya mampu membuat air mata mereka menetes. Menangis saat bahagia merupakan hal biasa yang dapat terjadi dan itu adalah hal yang normal.
Namun, kamu mungkin penasaran mengapa hal ini bisa terjadi. Artikel ini akan membantumu memahami fenomena tersebut.
Sains di Balik Menangis Saat Bahagia
Sains di balik menangis saat bahagia. (Sumber: freepik.com)
Ilmuwan dan peneliti telah lama berusaha memahami mengapa orang menangis saat mengalami kegembiraan atau kebahagiaan. Menangis, yang biasanya diasosiasikan dengan perasaan frustrasi, marah, atau sedih, bisa membingungkan untuk disaksikan pada saat-saat gembira, tetapi hal itu sering terjadi.
Selama beberapa dekade, para ilmuwan dan peneliti telah menyusun teori untuk menjelaskan mengapa menangis saat bahagia bisa terjadi.
Kamu Memiliki Perasaan yang Menekan
Sebuah teori awal menyatakan bahwa ini terjadi sebagai akibat dari perasaan tertekan. Artinya, orang yang menangis saat bahagia atau ketika mengalami sesuatu yang menggembirakan, memiliki perasaan sedih yang mendasarinya yang belum mereka atasi.
Banyak peneliti telah membantah teori ini selama bertahun-tahun, tetapi ini tampaknya bisa menjadi salah satu upaya paling awal untuk memahami mengapa orang menangis saat bahagia.