Oleh : Dahlan Iskan
MESTINYA tidak sulit bagi TNI untuk membebaskan pilot Susi Air yang di sandera di pedalaman Papua 10 hari lalu. Tapi TNI masih memberikan kelonggaran waktu untuk upaya non-militer.
Bupati Nduga Namia Gwijangge masih melakukan upaya itu. Ia yakin masih bisa ”merayu” para penyandera. Ia yakin pilot Philip Max Marthens yang berkebangsaan Selandia Baru itu bisa dibebaskan tanpa serbuan militer.
Penyanderaan memang sudah berlangsung sejak 7 Februari lalu. Yakni sejak pilot tersebut mendaratkan pesawat di bandara kecil Paro, Kabupaten Nduga.
Baca Juga:Dijual dengan Harga Mulai Rp209 Juta, Wuling Alvez Siap Jadi Penantang HR-V dan CretaMobil Listrik ESEMKA Bikin Kejutan di IIMS 2023 dengan Inovasi Luar Biasa, Simak Keunggulannya
Lima penumpangnya, semua penduduk asli setempat, aman-aman saja. Mereka pulang ke rumah masing-masing. Tapi pilot Philip disandera. Dan pesawat Susi Air jenis Caravan dibakar.
Bandara di daerah kecil nan terpencil seperti Paro memang tidak bisa disebut bandara (airport). Dalam bahasa Inggris lebih tepat disebut airstrip. Hanya ada landasan pendek dan bangunan sederhana sebagai terminalnya.
Toleransi waktu itu diberikan, toh diyakini nyawa Philip tidak dalam kondisi terancam. Penyandera berkepentingan untuk menjaga keselamatan Philip. Bahkan memanfaatkannya. Termasuk, ujar penyandera, diminta melatih menerbangkan pesawat.
Itu seperti yang dikatakan juru bicara mereka di berbagai media, tanpa logika yang memadai.
Toleransi itu tentu ada batasnya. Terlalu lama penyanderaan berlangsung bisa merusak Indonesia di dunia internasional. Seolah Indonesia tidak mampu menjaga wilayah kedaulatan. Publikasi penyandera juga bisa kian luas. Misalnya saja mereka bisa mengunggah video ke YouTube dan bicara apa saja di situ. Seperti yang sudah dilakukan mereka. Di video itu Philip terlihat aman di tengah mereka yang bersenjata. Tidak ada ekspresi ketakutan.
Memang Philip dimanfaatkan untuk mengucapkan kata-kata yang mereka inginkan. Tapi Philip terlihat taktis. Misalnya, ia terlihat hanya ikut kata-kata yang didiktekan oleh salah satu penyandera.
Susi Air memang memilih pilot asing untuk menerbangkan Caravan di berbagai wilayah pedalaman. Mulai di Kalimantan, Sumatera sampai Papua.
Baca Juga:Eliezer KapokTanggapi Wacana Kaesang Berpasangan dengan Wihaji di Pilkada Batang 2024, Gibran Rakabuming : Yo Apik
Kalau Anda ke markas pusat Susi Air di dekat pantai Pangandaran, di situ sering terlihat orang bule. Muda-muda. Tinggi-ganteng. Itulah pilot Susi Air.