RADARPEKALONGAN.ID – Cuaca boleh saja masih masuk musim hujan, tetapi sejak pagi sinar matahari amat kuat menyengat pori-pori kulit. Panasnya mengingatkan kita pada suasana siang Ramadan. Ya, sebut saja Ramadan vibes, karena aroma puasa sudah mulai kita baui setelah sekian pekan bergelut dengan tingginya curah hujan.
Hayoo, siapa yang merasakan vibe yang sama. Bagi kalian yang sempat jalan-jalan di Minggu (5/3/2023) pagi sampai menjelang sore ini, pastinya bisa merasakan bukan lagi hangat, tetapi panasnya sinar matahari yang menyengat. Di jalanan, khususnya jika Anda menggunakan sepeda motor, panasnya bahkan terasa, menyusup sampai tulang dan ubun-ubun, meski kepala telah dilapisi helm.
Nah, suasana cuaca panas model begini identik dengan siangnya Ramadan yang ampuh menggoda lidah dan tenggorokkan orang-orang yang berpuasa. Siangnya Ramadan selalu terasa berat, sehingga saat sore hingga adzan maghrib tiba, rasa berat itu menjelma menjadi kualitas nikmat yang tak terbayangkan. Kalau saja siangnya tak seberat itu, mungkin kualitas kenikmatannya saat berbuka juga tentu lebih rendah. Nilai kepuasan atas sesuatu seringkali sebanding dengan kualitas perjuangan dan pengorbanan saat mendapatkannya.
Baca Juga:[PUISI] Kata[CERBUNG) Sang Pemandu Lagu
Ramadan Vibes ala Emak-emak
Ramadan vibes mungkin istilah atau frasa baru anak-anak kekinian, tetapi maknanya telah lama dipahami dari generasi-generasi lampau. Dulu, penulis sering menyebutnya sebagai aroma puasa, atau yang lain mungkin merangkum dalam frasa atmosfer puasa. Ramadan vibes atau aroma puasa ini toh tidak harus dirasakan saat bulan Ramadan nanti, tetapi beberapa pekan sebelumnya atmosfer itu sudah dirasakan, dibaui aromanya. Salah satunya lewat cuaca.
Orang-orang tua dulu sering mengungkapkan hal ini. Beberapa hari menjelang puasa, mereka mengaku sudah merasakan vibes -nya. Jangan bilang lebay ya, mungkin itu menggambarkan kerinduan mereka dengan suasana Ramadan, saat mereka merasa memiliki waktu dan kesempatan untuk beribadah lebih banyak.
Alih-alih berpatok pada ramalan cuaca, orang-orang tua zaman dulu meyakini alam selalu mengirimkan kode, ya kode alam. Seperti halnya atmosfer menjelang Ramadan, kode alamnya pun sudah dirasakan.