Pemkab akan Bangun Rumah Pompa
Sekda Kabupaten Pekalongan M Yulian Akbar mengatakan, pemkab akan membantu solar untuk pompa air yang ada di Mulyorejo. “Pemerintah akan bantu solar untuk mengurangi dampak dari genangan yang ada di Desa Tegaldowo, Mulyorejo dan Karangjompo,” kata dia.
Untuk penanganan rob, pemkab berencana membangun rumah pompa pada tahun 2023 ini. Rumah pompa rencananya akan dibangun di Desa Tegaldowo, dengan anggaran Rp 2,9 miliar.
“Ini Insya Allah bulan ini akan kita tayangkan pekerjaan itu. Target selesai Agustus-September. Rumah pompa ini untuk mengurangi genangan rob,” katanya.
Baca Juga:Police Goes to School, Tanamkan Budaya Tertib Berlalu Lintas Sejak DiniMayat Perempuan Tanpa Busana Ditemukan di Tengah Hutan Sidoharjo, Lokasinya 10 Km dari Perkampungan
Sementara itu, untuk penanganan rob secara permanen Pemkab Pekalongan dan DPRD Kabupaten Pekalongan sudah melakukan komunikasi dengan Kementerian PU dan Dirjen PSDA. Fokusnya untuk penutupan Sungai Bremi dan Meduri.
Petugas pantarlih tetap semangat lakukan coklit di daerah rob (Hadi Waluyo)
“Kami sudah anggarkan pembebasan lahannya sebagai sharing 2,8 hektar untuk kolam retensi. Untuk pelaksaan sebagai sharing pemerintah siap untuk membebaskan 2,8 hektar. Ini sudah kita komunikasikan terus dengan pemerintah pusat. Semoga bisa membuahkan hasil. Di antara tanggul itu PR yang belum tuntas memang di Tirto,” ujarnya.
Sekda Kabupaten Pekalongan, M Yulian Akbar, mengungkapkan pihaknya hingga saat ini terus berupaya dalam penanganan banjir dan rob, termasuk relokasi warga Dusun Simonet, Desa Semut.
Penanganan yang dilakukan dengan pembangunan infrastruktur tanggul maupun melakukan pendampingan warga untuk bisa adaptasi perubahan lingkungan, sosial maupun ekonomi.
Akbar mengatakan, faktor penyebab banjir di Pekalongan disebabkan oleh kombinasi dari variabilitas iklim sebagai implikasi dari perubahan iklim global, serta pengaruh dari faktor non-iklim seperti faktor geologis dan antropogenik, termasuk juga laju penurunan muka tanah yang tinggi terutama di wilayah pesisir.
Selain itu, kerentanan pada komponen sosial-ekonomi, mata pencaharian, bencana alam, kesehatan, pangan, dan sumber daya air memengaruhi sensitivitas masyarakat terhadap kajian bencana.
Baca Juga:Kuliner Jadul di Pedesaan, Ini Dia Rahasia 7 Manfaat Keong Sawah Untuk KesehatanBejat, Toyib Setubuhi Bocah 5 Tahun Anak Teman Kerjanya Sendiri
“Kerugian akibat banjir diperkirakan meningkat tajam mencapai Rp 31,28 triliun/tahun pada tahun 2035, yang sebelumnya Rp 1,55 triliun/tahun di tahun 2020. Kerugian materiil terbesar ada pada biaya adaptasi dan perbaikan aset, penurunan pendapatan dan peningkatan modal, sementara kerugian non-materiil terbesar ada pada penurunan produktivitas pertanian dan tambak,” kata dia.