Anehnya lagi, vibe bahagia ini hanya dirasakan saat berbuka itu. Sebutlah dari adzan maghrib sampai sebelum isya. Selepas itu, vibe nya sudah benar-benar berbeda, makan besar selepas salat maghrib juga feel nya berbeda dengan saat menyantap takjil saat berbuka. Pun saat menyantap dessert seperti kolak, bubur kacang ijo, atau yang lainnya selepas salat tarawih, perasaan bahagianya juga tidak benar-benar sama. Ya, inilah jawaban dari mencari bahagia di bulan Ramadan.
Jadi, rasanya tepat sekali apa yang dikatakan Nabi Saw: bahwa salah satu dari dua kebahagiaan orag yang berpuasa, adalah ketika berbuka. Mungkin inilah rumus universal tentang kebahagiaan, yakni bahwa bahagia itu sederhana, yang rumit itu ingin dan angan-angan: nafsu. Dan inilah jawaban pertama dari mencari bahagia di bulan Ramadan.
Yang kedua, upaya mencari bahagia di bulan Ramadan sebagai hadits Nabi Muhammad Saw tersebut, adalah tentang perjuangan mengendalikan keinginan dan angan-angan, mengontrol nafsu. Dan inilah hakikat dari puasa Ramadan. Sebab sebagai ibadah tertua yang dikenal manusia setelah sujud, pentingnya syariat puasa yang juga dikenal dalam hampir setiap agama dan kepercayaan, adalah dalam upaya mengontrol nafsu manusia. Karena manusia memang memiliki tabiat tamak, rakus, serakah, tak pernah puas dengan apa yang ada.
Baca Juga:Apa Pentingnya Puasa Bagi Manusia? 4 Contoh Kasus Ini Mungkin Bisa MenjawabnyaWow! Kendal Siap Bangun Fasilitas Daur Ulang Sampah Plastik Rp 700 M, Terbesar di Asia Tenggara
So, kebahagiaan orang yang berpuasa ketika berbuka pada dasarnya bukan hanya karena kebutuhannya kembali terpenuhi. Lebih dari itu, kebahagiaan berbuka puasa itu diperoleh setelah melalui perjuangan, banyak effort, yakni mengontrol nafsu tadi. Bahkan makan, minum, dan hubungan seksual suami istri yang halal di luar Ramadan, selama puasa menjadi haram. Dan apalagi hal-hal yang memang sudah haram. Sebuah perjuangan yang berat kan? Inilah yang membuat kualitas kebahagiaannya terasa lebih tinggi. Ada cita rasa yang berbeda karena kebahagiaan itu sebelumnya diperjuangkan. Bukankah sesuatu yang diperoleh dengan sulit akan melahirkan kepuasan yang lebih tinggi dibanding sesuatu yang diperoleh dengan tanpa perjuangan dan pengorbanan.