Toxic Positivity vs. Optimisme
Sangat mungkin untuk bersikap optimis dalam menghadapi pengalaman dan tantangan yang sulit. Tetapi orang-orang yang mengalami trauma tidak perlu diberitahu untuk tetap positif atau merasa dihakimi karena tidak mempertahankan pandangan yang cerah.
Mengapa Toxic Positivity Berbahaya
Terlalu banyak kepositifan itu beracun karena dapat membahayakan orang yang sedang mengalami masa-masa sulit. Alih-alih dapat berbagi emosi manusia yang tulus dan mendapatkan dukungan tanpa syarat, orang-orang yang dihadapkan pada toxic positivity mendapati perasaan mereka diabaikan, diabaikan, atau langsung diremehkan.
Menciptakan rasa malu: Menerima racun positif dapat menyebabkan perasaan malu. Ini memberi tahu orang-orang bahwa emosi yang mereka rasakan tidak dapat diterima. Ketika seseorang menderita, mereka perlu mengetahui bahwa emosi mereka valid dan bahwa mereka dapat menemukan kelegaan dan cinta dalam diri teman dan keluarga mereka.
Baca Juga:4 Cara Memvalidasi Emosi Orang Lain, Membantu Sesama Merasa Lebih BaikCara Menyadari Privilege, Agar Tidak Keliru Memanfaatkannya
Menyebabkan rasa bersalah: Menjadi positif secara beracun juga dapat menyebabkan perasaan bersalah. Hal itu mengirimkan pesan bahwa jika kamu tidak menemukan cara untuk merasa positif—bahkan saat menghadapi tragedi—kamu melakukan sesuatu yang salah.
Menghindari emosi manusia yang otentik: Toxic positivity berfungsi sebagai mekanisme penghindaran. Saat orang terlibat dalam jenis perilaku ini, hal itu memungkinkan mereka menghindari situasi emosional yang membuat mereka merasa tidak nyaman. Terkadang kita mengarahkan ide yang sama ini pada diri kita sendiri, menginternalisasikannya. Saat kita merasakan emosi yang sulit, kita kemudian mengabaikan, mengabaikan, dan menyangkalnya.
Mencegah pertumbuhan: Kepositifan yang beracun atau toxic positivity memungkinkan kita untuk menghindari merasakan hal-hal yang mungkin menyakitkan. Tetapi ini menyangkal kemampuan kita untuk menghadapi perasaan menantang yang pada akhirnya dapat mengarah pada pertumbuhan dan wawasan yang lebih dalam.
Mantra “hanya getaran positif” dapat menjadi sangat tajam selama masa-masa tekanan pribadi yang intens. Ketika orang menghadapi situasi seperti masalah keuangan, kehilangan pekerjaan, sakit, atau kehilangan orang yang dicintai, diberi tahu bahwa mereka perlu melihat sisi baiknya bisa terasa sangat kejam.