Kurangnya Umpan Balik Waktu Nyata
Komentar di internet biasanya lebih panjang dari apa yang dikatakan seseorang di kehidupan nyata sebelum diinterupsi oleh orang lain. Faktanya, pemberi komentar dapat sepenuhnya mengabaikan umpan balik dan terus berkomentar sesuka mereka tanpa gangguan. Ini memudahkan bagian komentar menjadi tempat berkembang biaknya emosi negatif dan kemarahan.
Misalnya, bayangkan kembali ke toko dan melampiaskan kemarahan yang kamu rasakan pada orang yang bekerja di meja layanan pelanggan saat semua orang menonton. Kamu hanya akan pergi sejauh ini sebelum seseorang masuk.
Namun, inilah yang dilakukan orang-orang di halaman Bisnis Facebook sepanjang waktu tanpa terlalu memikirkan bagaimana pesan tersebut diterima (atau dirasakan oleh orang lain di media sosial).
Mentalitas Massa
Baca Juga:5 Tipe Penyalahgunaan Internet yang Mengindikasikan CybercrimeNetiket: Terapkan 5 Etika Menggunakan Media Sosial dalam Aktivitas Online-mu
Selanjutnya, ada mentalitas massa yang terbentuk di kolom komentar media sosial, yang berkontribusi pada kenegatifan mereka secara keseluruhan. Ketika seseorang mengatakan sesuatu yang negatif, itu membuka pintu bagi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Budaya ikut-ikutan menimbulkan komentar yang semakin ganas di media sosial. Terlebih orang menilai suatu unggahan berdasarkan komentar orang lain yang mereka baca di unggahan tersebut.
Masalah Platform
Situs di mana anonimitas dipertahankan cenderung memiliki lebih banyak komentar negatif. Misalnya, peneliti menemukan jumlah komentar kasar dan menghina tertinggi di YouTube. Sebaliknya, platform dengan banyak sudut pandang yang berlawanan (misalnya, halaman Facebook politik) lebih cenderung membuat komentator berdebat atau marah satu sama lain. Tingkat anonimitas yang diberikan ruang oleh platform sangat berpengaruh pada iklim kolom komentar media sosial atau berbagai platform lainnya.
Faktor Kepribadian
Faktor terakhir yang mempengaruhi negatifnya kolom komentar media sosial adalah kepribadian orang yang memposting komentar tersebut. Komentator sebenarnya adalah minoritas dari mereka yang online, cenderung laki-laki, memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah, dan berpenghasilan lebih rendah (dibandingkan mereka yang membaca komentar).
Komentator terkadang juga troll yang suka membuat orang tidak nyaman dan hanya ada untuk tujuan ini.
**AN
Referensi Verywellmind