Ada dua jenis batik yang diproduksi oleh batik Oey Soe Tjoen yakni kain panjang (jarit/tapih) dan sarung batik. Motif yang digarapun terbilang khusus yakni bunga dan satwa.
Eksisnya batik tulis halus peranakan terbaik di Jawa ini. Ibu Widianti sangat serius untuk mempertahankan kualitas garap dan detail pada tanahan yang mampu mengangkat nama Oey Soe Tjoen.
Ibu Widianti dengan para kolektor batik (Twitter/@solusiattack)
Para kolektor batik dan pengemar batik paham akan kualitas garap sebuah karya tulis halus, mengenali dari mana dan siapa batik itu dibuat hanya dengan ciri ciri visual serta kualitas garapnya.
Baca Juga:Batik Jawa Hokokai, Batik Tertua di Pekalongan yang Lahir dari Pencampuran Budaya Indonesia dan JepangMemahami Keutamaan dan Cara Merayakan Lebaran Anak Yatim pada 10 Muharram
Sebagai upaya untuk konsisten dengan kualitas maka penerus usaha batik Oey Soe Tjoen ini, Ibu Widianti memberikan waktu yang relatif lama untuk sebuah pesanan kain panjang atau sarung.
Yakni sekitar satu tahun hingga tiga tahun. Dengan harga seimbang yakni 6 juta rupa untuk sebuah kain panjang atau sarung yang tersebut dari bahan katun atua mori primissima.
Batik Oey Soe Tjoen di ambang kepunahan
Usaha Batik tulis halus peranakan di Pekalongan ini dirintis sejak tahun 1925 oleh Oey Soe Tjoen.
Kini usaha ini ada di tangan generasi ketiga, yakni Ibu Widianti. Beliau menyampaikan hampir menyerah mempertahankan napas terakhir usaha yang dirintis kakeknya.
Widianti Wijaya, generasi ketiga, atau mungkin yang terakhir, usaha itu tinggal menunggu “napas terakhir”.
Ia yakin, nasib usaha batik itu usai dalam satu dekade ke depan.
“Sudah kayak orang jantungan, sudah tinggal napas terakhir,” ujarnya tentang masa depan usaha batik tulis itu.
Pameran batik Oey Soe Tjoen di ambang kepunahan (Twitter/@markushap)
Baca Juga:Mengenal Batik Encim di PekalonganMenyelisik Batik Oey Soe Tjoen, Batik Tulis Halus Peranakan Tertua di Pekalongan yang Legendaris , Memulai Usaha Sejak Tahun 1925
Sekarang ini, meski harus berjalan kembang kempis. Batik Oey Soe Tjoen hanya menerima pesanan atau orderan. Namun pembuatannya membutuhkan waktu 3,5 tahun.
Ibu Widianti menyampaikan untuk mempertahankan kualitas usaha batiknya, saat ini ada 15 pekerja yang aktif.
Sekarang Ibu Widianti, kondisinya sedang sakit punggung dan penglihatan matanya sudah mulai rabun.
Ibu Widianti mengatakan tentunya Batik Oey Soe Tjoen bisa habis atau bisa punah dalam waktu 10 tahun ke depan. Katanya “saya tahu kondisi saya” ujar pengusaha batik tulis itu (*)