RADARPEKALONGAN.ID, PEKALONGAN — Kota Pekalongan saat ini tengah menghadapi status darurat sampah. Merespons situasi tersebut, Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIA Pekalongan atau Rutan Lodji, mengambil langkah konkret melalui inovasi pengelolaan sampah organik menjadi pupuk kompos bernama Posnik Lodji.
Program ini merupakan wujud nyata komitmen Rutan Lodji dalam mendukung pengelolaan lingkungan berkelanjutan, serta berkontribusi aktif dalam mengurangi volume sampah.
Pelaksana Harian (Plh) Kepala Rutan Kelas IIA Pekalongan, Eko Kurniawan, menjelaskan bahwa Posnik Lodji merupakan singkatan dari Kompos Organik Rutan Lodji. Kompos ini dihasilkan dari limbah dapur serta hasil pertanian internal yang difermentasi menggunakan cairan mikroorganisme lokal EM4, sehingga mempercepat proses pembusukan.
Baca Juga:Wakil Wali Kota Pekalongan Apresiasi Bank Sampah Brug Lodji, Umat Paroki Sukses Ubah Sampah Jadi BerkahCegah Darurat Sampah, Pemkab Batang Tancap Gas Bangun TPST Gringsing Tahun Ini
“Ide awalnya muncul karena keterbatasan pupuk untuk tanaman. Bantuan dari dinas hanya diberikan satu kali dalam setahun dan jumlahnya terbatas. Maka dari itu, kami berinisiatif membuat pupuk organik sendiri bersama warga binaan yang mengikuti pelatihan keterampilan pertanian,” ujar Eko, Senin (14/4/2025).
Menurut Eko, proses pembuatan pupuk dimulai dari pencacahan limbah organik menjadi potongan kecil, yang kemudian dimasukkan ke dalam wadah seperti ember bekas atau dandang yang sudah tidak digunakan. Setelah itu, cairan EM4 ditambahkan, wadah ditutup rapat, lalu didiamkan selama 20 hingga 25 hari.
“Dari sekitar 10 kilogram limbah organik, kami bisa menghasilkan 4 sampai 5 kilogram kompos berkualitas yang langsung digunakan untuk menyuburkan tanaman,” jelasnya.
Kompos Posnik Lodji dimanfaatkan untuk menyuburkan lahan budidaya tanaman di area Rutan, serta digunakan dalam pengembangbiakan cacing tanah putih, yang juga menjadi bagian dari pelatihan soft skill warga binaan.
Dengan metode ini, Rutan Lodji tidak hanya mengurangi jumlah sampah, tetapi juga mendukung konsep zero waste serta memperkaya kualitas tanah secara alami. Selain aspek lingkungan, program ini juga berfungsi sebagai media edukasi dan pemberdayaan bagi para warga binaan.
“Ini merupakan bagian dari upaya kami menciptakan lingkungan hijau di lembaga pemasyarakatan sekaligus membekali warga binaan dengan keterampilan yang bisa mereka manfaatkan setelah kembali ke masyarakat,” ungkap Eko.