GOW Kota Pekalongan Ajak Perempuan Jadi Pelopor Kelola Sampah dari Rumah, Ini Strateginya

GOW Kota Pekalongan Ajak Perempuan Jadi Pelopor Kelola Sampah dari Rumah, Ini Strateginya
ISTIMEWA SIMBOLIS - Ketua GOW bersama Kepala DLH Kota Pekalongan secara simbolis menyerahkan peralatan pilah sampah.
0 Komentar

RADARPEKALONGAN.ID, PEKALONGAN – Dalam rangka merespons kondisi darurat sampah yang tengah dihadapi Kota Pekalongan, Gabungan Organisasi Wanita (GOW) setempat menggelar pelatihan pengelolaan sampah yang menyasar kalangan organisasi perempuan. Acara tersebut digelar di Ruang Jlamprang, Kantor Sekretariat Daerah Kota Pekalongan.

Ketua GOW Kota Pekalongan, Balgis Diab, menegaskan pentingnya peran kaum perempuan dalam mendukung pengelolaan sampah, khususnya dari sumber utama yaitu rumah tangga.

“Kami ingin perempuan tidak hanya dikenal sebagai pengurus rumah tangga, tapi juga jadi pionir dalam pengelolaan sampah. Perempuan punya peran strategis dalam mengubah kebiasaan keluarga dan lingkungan sekitar agar lebih peduli terhadap sampah,” ujarnya, Kamis (1/5/2025).

Baca Juga:Peringatan Hari Buruh di Kendal 2025 Berlangsung Meriah dan Guyub, Kapolres Duduk Lesehan Bersama BuruhSidang Kasus Penyiraman Air Keras di Pekalongan, Menantu Didakwa Pasal Berlapis hingga Terancam 15 Tahun Penja

Pelatihan ini menghadirkan empat materi utama. Pertama, edukasi pengurangan sampah plastik dengan membatasi penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, sosialisasi pentingnya memilah sampah berdasarkan jenis untuk mendukung proses daur ulang. Ketiga, pengolahan sampah organik rumah tangga menjadi kompos. Terakhir, imbauan kepada para ibu agar mengajarkan kebiasaan memilah sampah sejak dini kepada anak-anak.

Langkah GOW ini mendapat dukungan penuh dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pekalongan. Kepala DLH Kota Pekalongan, Sri Budi Santoso, menyampaikan bahwa sistem pengelolaan sampah mencakup tiga titik utama: hulu, tengah, dan hilir.

“Hulu adalah tempat asal sampah seperti rumah, sekolah, industri, dan kantor. Di tengah ada TPS3R, TPST, dan bank sampah, sedangkan di hilir kita punya Tempat Pemrosesan Akhir atau TPA. Saat ini TPA Degayu sudah tidak mampu menampung sampah baru. Kita harus fokus pada pengelolaan sampah di hulu dan tengah,” jelasnya.

Ia juga menyebut bahwa produksi sampah harian Kota Pekalongan mencapai 138 ton. Menurutnya, perubahan paling efektif justru bisa dimulai dari skala terkecil, yaitu rumah tangga.

“Peran ibu-ibu sangat penting untuk mengubah pola pikir masyarakat soal sampah. Melalui pelatihan ini, kami berharap makin banyak warga yang sadar dan mulai dari rumah sendiri,” tambah Sri Budi.

Dengan kegiatan ini, GOW Kota Pekalongan berharap bisa menginspirasi organisasi perempuan lainnya untuk ikut aktif dalam kampanye pengelolaan sampah yang berkelanjutan.

0 Komentar