Grup FB Komunitas LGBT di Batang Makin Marak, Warga Resah Desak Pemda Bergerak Cepat!

Grup FB Komunitas LGBT di Batang Makin Marak, Warga Resah Desak Pemda Bergerak Cepat!
DOK. ISTIMEWA MERESAHKAN - Salah satu tangkapan layer dari tampilan grup Facebook komunitas gay yang menyebut nama Blado dan Bandar dengan jumlah anggota mencapai 3.500 an. Hal ini membuat masyarakat resah.
0 Komentar

RADARPEKALONGAN.ID, BATANG – Kemunculan grup Facebook Komunitas LGBT yang kian marak di Batang membuat banyak orang tua resah. Kekhawatiran ini, seperti yang diungkapkan Tiwik, warga Pasekaran Kecamatan Batang, lantaran aktivitas menyimpang ini semakin meluas, salah satunya lewat media sosial.

“Ngeri, Mbak, daerah Pasekan juga ada, sekitar sini banyak,” ungkap Tiwik saat diwawancarai, Senin (10/6/2025). Ia menegaskan, kondisi ini sudah sangat memprihatinkan dan butuh perhatian serius dari pemerintah daerah.

Masyarakat mendesak Pemerintah Kabupaten Batang segera mengambil langkah konkret. Harapan utama adalah digelarnya sosialisasi dan edukasi masif, khususnya bagi anak di bawah umur, tentang pemahaman penyimpangan seksual sesama jenis dan dampak negatifnya. Tujuannya jelas: agar fenomena ini tidak semakin berkembang dan merusak generasi muda.

Baca Juga:Skandal! Bansos PKH di Pekalongan Diduga Diselewengkan, 140 KPM Rugi Rp 1,2 Miliar, Polisi Turun Tangan!Metode Amtsilati Kian Diminati, Puluhan Santri di Pekalongan Diwisuda

Selain itu, diharapkan setiap desa juga dapat merangkul orang tua agar lebih waspada terhadap anak-anak mereka. “Karena saya lihat ini hampir merata tiap desa ada,” tambah Tiwik, menyoroti luasnya penyebaran kasus ini.

Keterlibatan pihak sekolah juga dianggap krusial. Pemkab Batang diharapkan menggandeng sekolah-sekolah untuk menekan penyebaran fenomena ini, jika tidak dapat memberantasnya.

“Ini sudah miris banget, perlu perhatian dari pemerintah biar tidak dianggap normal sampai pada enggak malu di medsos secara terbuka,” tegasnya.

Pentingnya rehabilitasi dan pendampingan psikologis bagi anak-anak yang terindikasi menjadi korban juga menjadi sorotan. Masyarakat berharap, jika ada anak yang pernah menjadi korban, mereka berani melapor dan mendapatkan pendampingan yang terpantau secara psikologis dari pemerintah. Kasus ini menambah daftar panjang kekhawatiran masyarakat Batang terhadap isu moral dan perlindungan anak yang membutuhkan tindakan cepat dan terpadu.

Sementara itu, Kepala Disdikbud Batang, Bambang SS, turut prihatin. Pihaknya sudah berupaya dengan pendidikan karakter dan pembiasaan baik di sekolah. “Upaya pencegahan, kami sudah laksanakan tiap hari dengan memasukkan pembelajaran terkait moral dan agama. Selain itu dari SD kami ada 7 kebiasaan, untuk menekankan sisi ibadah. Sehingga harapannya dapat membentengi siswa dari hal-hal yang menyimpang,” tandasnya.

0 Komentar