RADARPEKALONGAN.ID, BATANG – Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI menegaskan pentingnya keberpihakan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industropolis Batang terhadap warga lokal, khususnya dalam hal penyediaan lapangan kerja.
Dalam kunjungan kerja ke Kabupaten Batang, Jumat (11/7/2025), para anggota Komisi menekankan bahwa pembangunan kawasan industri harus selaras dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Anggota Komisi VII DPR RI, Yoyok Riyo Sudibyo, menyampaikan bahwa klausul perjanjian dengan masyarakat lokal sudah menyebutkan seluruh pekerja PTPN akan dipekerjakan di dalam kawasan industri. Ia pun mendorong manajemen KEK untuk meluaskan komitmen itu ke seluruh lapisan perusahaan yang ada.
Baca Juga:Razia Polres Pekalongan Sita 138 Botol Miras di Bojong dan Sragi, Tekan Kriminalitas! Rekomendasi 5 Festival Musik di Pekalongan: Meriah, Kreatif, dan Penuh Warna!
“Kami ingin tenaga kerja lokal menjadi prioritas. Kalau ada warga yang tidak terserap di perusahaan karena usia atau pendidikan, KEK juga harus memberi alternatif lapangan kerja lainnya, seperti cleaning service atau petugas keamanan,” ujar Yoyok, mantan Bupati Batang.
Ia menilai, keberadaan KEK Batang yang ditopang oleh PLTU Batang—sebagai salah satu sumber energi terbesar di Asia Tenggara—memberi peluang besar bagi Batang untuk berkembang menjadi kota satelit mandiri dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan.
Namun, Yoyok mengingatkan bahwa potensi itu perlu diiringi perencanaan jangka panjang dari pemerintah daerah, terutama dalam menyiapkan tenaga kerja muda dari SMK. “Kami mendorong adanya kerja sama konkret antara KEK dengan pemda, khususnya dalam pelatihan dan penyiapan tenaga kerja lokal,” katanya.
Ketua Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI, Erna Sari Dewi, menyoroti dampak sosial pembangunan kawasan industri berskala besar. Ia menekankan pentingnya pendekatan inklusif agar pembangunan tidak mengorbankan mata pencarian warga.
“Alih fungsi lahan pertanian bisa memunculkan ketimpangan sosial jika tidak diantisipasi. KEK tidak boleh menjadi proyek yang hanya indah dari luar, tapi menyisakan luka sosial di dalam,” ujar Erna. Ia menambahkan, masyarakat lokal harus menjadi bagian dari transformasi ekonomi, bukan sekadar penonton atau korban.
Direktur Utama PT Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Ngurah Wirawan, memastikan pihaknya terus berupaya memberikan ruang bagi tenaga kerja lokal. Hingga saat ini, setidaknya 7.100 pekerja asal Batang telah bekerja di berbagai perusahaan dalam kawasan industri.