RADARPEKALONGAN.ID, BATANG – Pemerintah Kabupaten Batang terus memperkuat ketahanan masyarakat terhadap bencana melalui program Desa Tangguh Bencana (Destana). Hingga akhir 2025, ditargetkan seluruh 239 desa di Batang dapat menyandang status sebagai desa yang siaga dan mandiri dalam menghadapi serta memulihkan diri dari bencana.
Langkah konkret dilakukan tahun ini, salah satunya melalui pelatihan peningkatan kapasitas masyarakat di empat desa: Terban, Sijono, Menguneng, dan Lebo. Dalam pelatihan tersebut, warga dibekali keterampilan menyusun kajian kebutuhan pascabencana (Jitupasna), menghitung kerugian dan kerusakan, serta menyusun rencana rehabilitasi dan rekonstruksi.
“Tujuan utama pelatihan ini adalah mendorong desa untuk lebih mandiri, tidak hanya saat menghadapi bencana, tapi juga dalam proses pemulihan setelahnya,” jelas Kepala Pelaksana BPBD Batang melalui Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Batang, Riza Zakiyah, baru-baru ini.
Baca Juga:Pemkab Pekalongan Siap Sukseskan Program Makan Bergizi Gratis, Bentuk Satgas MBG!GRIB Jaya Resmi Hadir di Kendal, Siap Sinergi dengan Pemkab & Aparat Tangani Masalah Sosial!
Riza menjelaskan, pelatihan ini penting karena waktu tanggap dari peringatan dini BMKG seringkali sangat singkat, rata-rata hanya satu jam sebelum kejadian. “Maka, kesiapsiagaan masyarakat lokal menjadi kunci,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa keberadaan Destana bukan hanya simbolis, melainkan menjadi sistem perlindungan berbasis komunitas yang dibangun dari, oleh, dan untuk warga. Dalam jangka panjang, desa diharapkan mampu menyusun dokumen kajian risiko bencana sendiri, hingga bisa membuat rencana kontinjensi jika sewaktu-waktu terjadi bencana.
Dari 239 desa di Batang, hingga saat ini baru 26 desa yang telah memiliki status resmi sebagai Destana. Upaya memperluas cakupan Destana terus dilakukan dengan menggandeng pemerintah desa dan memanfaatkan Dana Desa sebagai sumber pembiayaan kegiatan peningkatan kapasitas.
“Kami dorong agar desa-desa mengalokasikan anggaran Dana Desa untuk program penanggulangan bencana. Sedangkan untuk kelurahan, kami bantu lewat program BPBD,” tambahnya.
Tahun ini, Batang tercatat memiliki 12 jenis potensi bencana, meningkat dari 9 jenis pada tahun sebelumnya. Potensi tersebut tidak hanya mencakup bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor, tetapi juga bencana nonalam seperti kebakaran permukiman, penyakit menular, hingga kegagalan teknologi.
BPBD menegaskan bahwa membangun kesiapsiagaan tidak bisa hanya mengandalkan instansi pemerintah. “Kunci utama adalah keterlibatan masyarakat itu sendiri, mulai dari pemetaan risiko sampai evakuasi mandiri,” kata Riza.