PEKALONGAN – Dinilai berhasil melibatkan masyarakat dalam pemenuhan hak anak dan perempuan, Pemkot Pekalongan melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perlindungan Perempuan dan Anak (DPMPPA) setempat memberikan apresiasi berupa penghargaan dan uang pembinaan kepada 3 kelurahan ramah anak.
Penghargaan diserahkan Walikota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid SE MM kepada Kelurahan Jenggot, Kelurahan Padukuhan Kraton dan Kelurahan Medono dalam kegiatan Puncak Bulan Bakti Gotong-Royong Masyarakat (BBGRM) yang dirangkai sekaligus dengan Hari Kesatuan Gerak (HKG) PKK ke-52 Tahun 2024 di Lapangan Peturen, Kelurahan Tirto, Kecamatan Pekalongan Barat, Jumat (31/5/2024).
Ketiga kelurahan tersebut dinilai telah melengkapi data dan melakukan pemberdayaan masyarakat dalam upaya pemenuhan hak anak dan perlindungan perempuan. Turut mendampingi penyerahan penghargaan Ketua TP-PKK Hj Inggit Soraya, Wakil Ketua I TP PKK, Hj Istiqomah dan Kepala DPMPPA Kota Pekalongan, Puji Winarni.
Baca Juga:Pimpin KSPPS DMI, Harri Jauhari Berkomitmen Tingkatkan Pelayanan AnggotaPentingnya Kader KOPRI PMII Pekalongan Kuasai Media
Usai kegiatan, Puji Winarni mengatakan, pemberian apresiasi ini baru pertama kali dilaksanakan, sehingga diharapkan bisa memotivasi kelurahan-kelurahan lain untuk melakukan hal serupa.
“Seandainya terjadi sesuatu, mereka sigap bergerak bergotong-royong dan berkoordinasi dengan semua lintas sektor, lintas internal perangkat kelurahan, sehingga bisa mencegah pelanggaran pemenuhan hak anak dan perlindungan perempuan,” ucapnya.
Menurutnya, Kelurahan Jenggot, Kelurahan Padukuhan Kraton dan Kelurahan Medono dinilai telah melengkapi data dan melakukan upaya pemberdayaan masyarakat dalam menghadapi tantangan dan mencegah kekerasan anak dan perempuan di tengah masyarakat.
“Pastinya hal itu mendukung kelengkapan data Kota Pekalongan Layak Anak (KLA). Dengan harapan di Tahun 2024 ini, Kota Pekalongan bisa naik predikat KLA dari Nindya ke Utama,” ungkapnya.
Ketiga kelurahan ini, lanjutnya, semua indikator pemenuhan hak anak dan perlindungan perempuan telah terpenuhi dan lengkap. Diantaranya sudah mengakomodir Sekolah Ramah Anak, Tempat Ibadah Ramah Anak, dan sebagainya.
“Jadi, diharapkan apresiasi yang diterima ini bisa menginspirasi kelurahan-kelurahan yang lain untuk melaksanakan upaya serupa. Mengingat, masalah kekerasan anak dan perempuan itu seperti fenomena gunung es. Artinya, kasus yang muncul ke permukaan lebih sedikit daripada kasus yang sebenarnya. Kalau tidak ada yang melaporkan satu kejadian, maka pihak-pihak yang berwenang untuk menangani tidak mungkin tahu dengan sendirinya. Padahal di sekitar kita masih banyak kejadian kekerasan terhadap anak dan perempuan yang tidak terekspose,” tuturnya.