Mengapa Idul Adha Disebut Hari Raya Kurban? Inilah Alasannya

Hari raya kurban
Mengapa idul adha disebut juga hari raya kurban?( Foto : freepik.com)
0 Komentar

Radarpekalongan.id – Kenapa idul adha juga disebut dengan hari raya kurban? Penyembelihan hewan kurban merupakan ibadah yang sangat dianjurkan bagi mereka yang mampu (dan memiliki harta yang setara dengan nishab menurut madzhab Hanafi) pada hari Idul Adha hingga hari tasyrik selesai.

Penyembelihan hewan kurban merupakan salah satu bentuk taqarrub kepada Allah SWT, ibadah kurban bukanlah hal baru bagi orang Arab.

Lantas bagaimana idul adha juga disebut hari raya kurban?

Ibadah kurban yang dilakukan pada hari raya kurban merupakan tradisi bangsa Arab yang diperkenalkan oleh nenek moyang mereka, Nabi Ibrahim AS, ketika diperintahkan untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail AS (Nabi Ishaq AS menurut rantai komando yang ditetapkan oleh Syekh Abdul Qadir Al-Jailani).

Baca Juga:Kapan Jatuhnya Hari Raya Idul Adha? Berikut Jadwal dan Ibadahnya!Toyota Agya 2023 City Car Agya Generasi Kedua Terbaru, Berikut Spesifikasinya

Tradisi penyembelihan hewan kurban pada hari raya kurban terus dilestarikan dari masa ke masa selama orang-orang Arab jahiliyah menyembah berhala. Tradisi penyembelihan hewan kurban akhirnya sampai ke bangsa Arab pada zaman Nabi Muhammad SAW.

Ibnu Katsir mengatakan dalam tafsirnya bahwa masyarakat Arab jahiliyah memiliki tradisi menyembelih hewan kurban dari segi fisik. Masyarakat Arab pada masa Jahiliyah menyembelih hewan kurban untuk berhala mereka, kemudian meletakkan daging kurban di sekeliling berhala dan memercikkan darah korban pada berhala tersebut. Allah kemudian menurunkan Surat Al-Hajj ayat 37,

“Daging unta dan darahnya tidak dapat mencapai (ridha) Allah, tetapi rahmat di pihakmu dapat mencapainya. Jadi Tuhan menyerahkannya untukmu, agar kamu memuliakan Tuhan atas petunjuknya atasmu. Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Ibnu Katsir juga mengutip kisah Ibnu Juraij yang mengatakan bahwa orang-orang Arab Jahiliyah membanjiri Ka’bah dengan daging kurban dan memercikkannya dengan darah kurban.

Para sahabat rasul berkata, “Kami lebih berhak untuk memercikkan darah hewan kurban di atas Ka’bah.” Allah kemudian menurunkan Surat Al-Hajj ayat 37: “Daging dan darah unta tidak dapat mencapai (ridha) Allah, tetapi rahmat-Mulah yang dapat mencapainya.” Artinya bahwa Tuhan menerima dan menghargai pengorbanan anda.

0 Komentar