BATANG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Batang mengingatkan tren meningkatnya kasus diabetes melitus atau diabetes tipe 2 di Kabupaten Batang di tahun 2023 ini. Untuk itu, Dinkes secara khusus meminta kepada para penderitanya untuk mengindari berbagai kebiasaan buruk, salah satunya stop merokok.
Seperti diberitakan sebelumnya, Dinkes melansir data hingga akhir September 2023 ada 9.304 warga mengalami diabetes melitus (diabetes tipe 2) atau meningkat dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya 7.838 kasus.
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang, Didiet Wisnuhardanto. Didiet mengatakan, bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya kasus diabetes tipe 2 ini di Batang.
Baca Juga:ASN Diminta Jaga Netralitas Saat Pemilu Serentak 2024Keren Nih, DKD Suguhkan Kesenian Jalanan
Seperti risiko kurang berolahraga, diet yang tidak seimbang dan mengkonsumsi gula berlebihan, pola makan yang tidak teratur, serta konsumsi makanan tinggi kalori secara berlebihan.
“Oleh karena itu, upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah penyakit diabetes ini adalah menerapkan pola hidup sehat, istirahat cukup dengan tidur 7-8 jam sehari, berpikiran positif, serta kelola stres dengan berkreasi,” ujarnya didampingi Kasi Pencegahan Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa, Aditya Rakhmandanu, kemarin.
Selain itu, kata dia, masyarakat juga bisa melakukan pengecekan kondisi kesehatan secara rutin seperti cek tekanan darah/tensi, timbang berat badan, ukur lingkar perut, dan cek gula darah.
“Para penderita diabetes melitus sebaiknya meninggalkan kebiasaan buruk, seperti berhenti merokok maupun menghilangkan asap rokok di dalam ruangan,” katanya.
Bagi penderita diabetes melitus, kata dia, agar membiasakan diri berolahraga minimal 30 menit per hari dalam 3-5 kali per minggu, mengurangi makanan atau minuman yang mengandung kadar gula tinggi atau pemanis buatan, batasi konsumsi gula dengan tidak melebihi 4 sendok makan per orang per hari.
Menurutnya, diabetes melitus tipe 2 biasanya muncul karena kombinasi faktor keturunan dan faktor lingkungan. Artinya, faktor keturunan yang dimaksud bukan sekadar peran genetik, melainkan dipengaruhi gaya hidup bersama di dalam keluarga.
Misalnya, pola makan sehari-hari yang tidak teratur, minim akses kesempatan berolahraga karena tempat tinggal jauh dari tempat olahraga, atau tidak ada budaya olahraga di rumah.