Melengkung, menikungTak tahan lagi, akhirnya sebatang pohon itu pun patahBeban yang ia junjung tak kunjung urungPenat yang ia rasa tak kunjung ada celaDengan kesadaran penuh ia patahMematahkan usahanya yang selama ini telah diperjuangkan
Sejatinya yang pa-tah tidak mengalahIa hanya memutuskan tali kesengsaraan dalam hidupnyaAgar tegar kembali menapaki akar bumi yang membawa damai hatiSupaya ia tahu bahwa dengan patahlah tubuhnya akan kembali utuh,dan akan menjadi semakin kuat menggenggam erat mimpinya.
Aku patah.. dan terjatuhPun dengan pata-h aku menyentuh tanahMerasakan denyut bumi yang menenangkan hatiJikalau aku tumbuh tinggi menjulang,yang ada hanya tinggi rasa yang menggenang
Aku butuh jatuhAgar tahu kemampuanku menompa egokuSupaya aku sadar seberapa kuat tubuhku bertumbuh setelah tak utuh.
____________________
Baca Juga:3 Tradisi Unik yang Hilang, Padahal Dulu Lazim Dilakukan Tak Ubahnya KewajibanProgram BKK Dusun Sudah Sentuh 652 Dusun, Ini Harapan Bupati Dico
DYAH AYU AGUSTINA, perempuan 24 tahun, gadis Pekalongan penyuka kopi tapi bukan penikmat senja. Sedang dalam perjalanan menemukan tujuan hidupnya dengan rajin menuturkan perasaan dan pikiran lewat tulisan. Hobinya jalan-jalan, nongkrongnya di perpustakaan, sukanya nambah teman. Instagram: @dyahayuagustinaa.