Sudah 213 Kasus Kebakaran Lahan Terjadi di Kendal

kasus kebakaran
KEBAKARAN LAHAN - Personel Damkar Kendal saat menangani kebakaran lahan di salah satu wilayah.
0 Komentar

KENDAL – Tren kasus kebakaran di Kabupaten Kendal sepanjang tahun 2023 ini cukup menuntut kewaspadaan. Tercatat, sepanjang tahun 2023 ini samapi dengan awal November pekan kemarin sudah terjadi 333 kasus kebakaran.

Sesuai data Satpol Damkar Kabupaten Kendal, jumlah kasus kebakaran ini meningkat dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut antara lain dipicu oleh fenomena kemarau panjang yang membuat banyak lahan dan vegetasi mengalami kekeringan sehinga mudah terbakar.

Adapun 333 kasus kebakaran tersebut meruakan data per 8 November 2023 kemarin atau sepuluh bulan 8 hari di tahun ini. Dari jumlah itu, kasus kebakaran hutan dan lahan kosong (karhutla) menjadi yang tertinggi dengan peserbaran 213 kasus. Sementara di luar kebakaran lahan, ada kebakaran bangunan rumah sebanyak 49 kasus, bangunan industri dan bangunan umum ada 48 kasus, dan lainnya ada 20 kasus.

Baca Juga:Geledah Kamar Napi, Petugas dan BNN Tak Temukan NarkobaDana Hibah Pilkada Kendal 2024 Digelontor Rp 71 Miliar, Akhir November Mulai Dicairkan

“Tingginya kasus kebakaran tahun ini karena kondisi cuaca, yakni kemarau panjang dan panas yang ekstrem,” kata Kabid kebakaran Damkar pada Satpol Damkar Kabupaten Kendal, Nur Latief, Jumat (10/11/2023).

Karena itu, mengingat kondisi kemarau panjang yang secara umum masih melanda Jawa Tengah, maka risiko bencana kebakaran masih mungkin terjadi. Latief karenanya mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada.

Dijelaskan Latief, di awal November ini saja sudah ada sembilan kasus kebakaran yang terjadi di Kabupaten Kendal. “Untuk itu, masyarakat harus lebih waspada terutama pada potensi kebakaran rumput dan ilalang,” imbuhnya.

KENDALA DAMKARSejauh ini Unit Damkar sendiri sudah berupaya melaksanakan tugas pelayanan pemadaman kebakaran semaksimal mungkin. Hanya saja, Latief menyebut masih ada sejumlah kendala yang meghambat kerja-kerja Damkar dalam menangani kebakaran, seperti keterbatasan anggaran dan personel hingga kondisi ketersediaan air di lokasi kebakaran.

“Kadang pas di lapangan kita kesulitan mencari sumber air misalnya. Kalau sudah seperti ini, kami terpaksa harus bekerjasama dengan dinas terkait untuk membantu suplai air ke lokasi kebakaran,” terangnya.

Selain itu, Unit Damkar juga sering menghadapi kondisi prasarana akses jalan yang tidak mendukung. Saat memasuki lokasi kebakaran dengan kondisi jalan yang sempit, maka armada Damkar tidak bisa masuk ke lokasi. “Akibatnya, kita tidak bisa melakukan pemadaman kebakaran, karena lokasinya tidak bisa kita jangkau,” tandasnya.

0 Komentar