Belajar dari 2 Kasus Ini, Benarkah Kaum Perempuan Punya Standar Ganda?

Perempuan punya standar ganda, perempuan tak boleh salah
Ilustrasi perempuan punya standar ganda. (Foto: insertlive.com)
0 Komentar

RADARPEKALONGAN.ID – Banyak yang bilang, perempuan punya standar ganda terutama saat suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja. Meme soal mati kutunya laki-laki menghadapi perempuan yang sudah bilang terserah, atau satire “Perempuan tak pernah salah” mungkin hanyalah contoh bagaimana perempuan bisa menggunakan standar yang berbeda untuk diri dan terhadap pasangannya, meski dalam kasus yang sebelas dua belas alias serupa. Dalam momen inilah anggapan perempuan itu lemah sepertinya tidak relevan dengan pengalaman banyak pria. Benarkah?

Para ahli gender boleh saja menyebut perempuan sebagai kaum yang tersingkir atau bahkan disingkirkan dari ruang publik. Mereka dijadikan second citizen, warga negara kelas dua. Tetapi itu dulu, sekarang betapa banyak perempuan yang berkiprah di sektor publik, dari direksi sampai pejabat publik bahkan tokoh politik. Tetapi tetap saja perempuan harus menanggung peran ganda saat memilih berkiprah di sektor publik, karena urusan sumur dapur kasur, merawat anak juga ditaggungbebankan pada kaum Hawa. Jadi, pembagian peran gender ini tetap dipandang timpang.

Oke lah kalau begitu. Tapi benarkah relasi laki-laki dan perempuan ini melulu menempatkan perempuan sebagai pihak yang subordinat, kalah superior dari laki-laki. Wah, nanti dulu dech. Mungkin yang berpendapat begitu belum pernah merasakan superioritas perempuan di rumah tangga. Belum pernah menyadari potensi superpower -nya perempuan punya standar ganda.

Baca Juga:Dari Piala Dunia 2022 Qatar, Ternyata Sepak Bola Tak Steril-steril Amat dari PolitikDapat Alokasi BKK Dusun, 6 Dusun di Kendal Ini Bisa Bangun Infrastruktur Publik

Perempuan Punya Standar Ganda?

Perempuan juga punya cara untuk mengaktualisasikan ambisi kuasanya, mendemonstrasikan superioritasnya. Cukup dengan dua sumberdaya, atau bisa juga tiga, yakni mulut, mata, dan gimik. Saya menyebutnya 3M, yakni mengaum, menangis, dan mematung. Dengan tiga jurus ini, laki-laki bisa menjelma bak kambing di Hari Raya Kurban: tak berdaya!

Kalaupun pada prosesnya laki-laki bereaksi, meladeni pertempuran, toh ujung-ujungnya seperti politik luar negeri Amerika, perempuan punya standar ganda,dengan satu hasil yang pasti: perempuan tak boleh salah, perempuan tak boleh kalah. Nah, penjelasan yang sok njlimet ini sebetulnya bisa dijumpai para laki-laki dalam kehidupan keseharian, dari hal-hal yang remeh, seperti dua kasus receh berikut ini.

0 Komentar