PEKALONGAN, Radarpekalongan.id – SMPN 14 Pekalongan menjadi sekolah pilot projek dalam menggelar Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI).
UKBI ini merupakan kegiatan yang digagas sebagai program unggulan oleh badan bahasa ditingkat Nasional.
Disampaikan Kepala SMPN 14 Pekalongan Siti Nurul Izzah kepada Radarpekalongan.id bahwa UKBI bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penutur bahasa Indonesia memiliki kemahiran tentang bahasa Indonesia itu sendiri, menumbuhkan generasi profil pelajar pancasila khususnya dimensi yang pertama yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan dan berakhlak mulia serta menumbuhkan generasi profil pelajar Pancasila yang mandiri, karena dalam pelaksanaan UKBI secara mandiri ini, mereka mengerjakan sendiri tanpa bantuan dari siapapun.
Baca Juga:Berlakukan 5 Intervensi dalam PembelajaranLaunching Program Bekerja Sebelum Lulus
“Berakhlak mulia ini, salah satu elemennya adalah akhlak bernegara. Nah akhlak bernegara ini diantaranya ditandai dengan berbahasa Indonesia yang baik dan benar, menghormati lambang-lambang negara, cinta tanah air. Dan juga pelaksanaan UKBI ini disertai dengan webcame untuk mengecek apakah mereka itu betul-betul mengerjakan sendiri atau dibantu,” ungkap Izzah.
Uji kemahiran yang diikuti oleh seluruh peserta didik SMPN 14 Pekalongan yang berjumlah 649 siswa ini memberikan banyak kemanfaatan kepada sekolah, salah satunya adalah sekolah bisa memetakan bagaimana mutu kemahiran berbahasa Indonesia siswa-siswi SMPN 14 Pekalongan.
“Nah setelah kami tahu, itu artinya nanti akan berhubungan dengan program-program literasi dan numerasi yang saat ini sedang digalakkan oleh Pemerintah, lalu kita juga adakan treatmen untuk melakukan pengembangan program tersebut,” imbuhnya.
Dijelaskan lebih lanjut, paket soal UKBI untuk pelajar ini ada 3 sesi, sesi pertama yaitu mendengarkan ada 40 soal, sesi ke 2 merespon kaidah ada 25 soal, dan sesi yang ke 3 yaitu membaca 40 soal.
“Hal yang juga menarik dalam UKBI ini adalah jumlah soal yang diterima siswa tidak sama antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Jumlah soal disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa sehingga disebut adaptif merdeka. Jadi meskipun mendengarkan misalnya ada 40 soal namun jika siswa tersebut jika tidak sesuai dengan kemampuannya maka soal akan berkurang dengan sendirinya,” jelasnya.
Pihaknya berharap, kegiatan ini bisa menjadi awal pemetaan untuk mengetahui kemahiran peserta didik dan kemudian sekolah juga akan melakukan kegiatan ini secara rutin, terlebih karena saat ini untuk pelajar memang sedang diberikan secara gratis.