Banyak sekali hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan bahwa amal ibadah orang yang sakit akan tetap dicatat, selama sakit itu menghalanginya dari beramal, yang kalau bukan karena sakit tentu ia tetap mengamalkannya.
Hal ini dijelaskan oleh hadits Abu Musa Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
” إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ كُتِبَ مِثْلُ مَاكَانَ يَعْمَلُ مُقِيْمًا صَحِيْحًا “
“Apabila seorang hamba sakit atau melakukan perjalanan (safar), niscaya ditulis untuknya seperti amalan orang yang muqim (tidak bepergian) lagi sehat.” [HR. al-Bukhari no. 2996]
Baca Juga:Hujan Lebat, Talud Jalan Desa Lumeneng Longsor9 Target Operasi Keselamatan Lalu Lintas Candi 2023 Polres Pekalongan, Bukan Sekadar Tidak Memakai Helm Standar
- Sakit merupakan penyebab masuk surga dan selamat dari neraka
Sakit menjadi penyebab selamat dari neraka, sebagaimana yang disebutkan bahwa demam adalah bagian (jatah) orang yang beriman dari neraka, hal itu ditunjukkan oleh hadits ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
” اَلْحُمَّى حَظُّ كُلِّ مُؤْمِنٍ مِنَ النَّارِ “
“Demam adalah bagian setiap mukmin dari neraka”
Hikmah sakit menurut Islam ialah sakit menjadi penyebab masuk surga, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits bahwa orang yang kehilangan penglihatannya, lalu ia bersabar, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala menggantikan surga kepadanya. Demikian pula perempuan yang terkena penyakit ayan, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan kepadanya bahwa jika ia bersabar, maka untuknya surga.
- Sakit memperbaiki hati
Hikmah sakit menurut Islam ke sembilan ialah sakit memperbaiki hati. Al-‘Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: Hati dan ruh mengambil manfaat dengan penyakit dan penderitaan, yang tidak bisa dirasakan kecuali oleh orang yang memiliki kehidupan, sehingga kesehatan hati dan ruh digantungkan atas penderitaan badan dan tekanannya.
Ilustrasi Sakit Memperbaiki Hati (halodoc.com)
Beliau juga mengatakan : Sebagaimana yang telah diketahui, sesungguhnya jika bukan karena berbagai cobaan dunia dan musibahnya, niscaya hamba mendapatkan berbagai penyakit sombong, bangga diri, dan keras hati, yang menjadi penyebab kebinasaannya, baik yang cepat (di dunia) maupun yang tertunda (di akhirat).
Maka kalau bukan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala mengobati hamba-hamba-Nya dengan berbagai obat cobaan dan ujian, niscaya mereka akan berbuat zalim dan melampui batas. Dan apabila Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendaki kebaikan kepada hamba-Nya, Dia menuangi obat dari cobaan dan ujian menurut kadar kondisinya, dan mengosongkan dengannya dari penyakit-penyakit yang membinasakan, sehingga apabila Dia Subhanahu wa Ta’ala telah membersihkannya, Dia menempatkannya untuk martabat paling mulia di dunia, yaitu penghambaan, dan pahala tertinggi di akhirat, yaitu melihat-Nya dan dekat dengan-Nya Subhanahu wa Ta’ala.